Pengembangan Kapasitas Perempuan Melalui Sekolah Bok-Ebok Pada Komunitas Tanoker
Abstract
Penelitian kali ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografis kritis. Sehingga, peneliti dapat merekam tradisi sehari-hari di lingkup wilayah Ledokombo khususnya Dusun Paluombo, Petung dan Sumbergadung sebagai bentuk komponen dari objek penelitian itu sendiri secara kritis dengan memperhatikan kesetaraan dalam nilai di lokasi penelitian tersebut. Peneliti mengakumulasikan data secara deskriptif dengan hasil observasi dan wawancara serta dokumentasi tertulis maupun audiovisual sebagai bukti otentik pasca penelitian. Selain itu, peneliti juga mengkomparasikan fenomena di lapangan dengan teori, sumber dari beberapa informan maupun metode yang digunakan sebagai upaya aktualisasi keabsahan data.
Ledokombo sendiri merupakan salah satu kecamatan di Jember yang saat ini telah bertransformasi menjadi wilayah yang berswadaya. Hal ini berindikasi bahwa Ledokombo pernah berada di titik terlemah seperti adanya minimnya kesejahteraan perekonomian masyarakat sehingga mayoritas mereka memutuskan untuk mencari nafkah di luar kota maupun luar negeri. Baik laki-laki maupun perempuan yang telah berkeluarga, memutuskan untuk mengadu nasib sebagai migran. Mayoritas yang menjadi tempat tujuan bermigrasi antara lain Arab Saudi, Taiwan dan Bali. Namun, hal ini akhirnya berdampak pada kesetidakseimbangan kohesi sosial dalam keluarga maupun masyarakat. Sehingga, banyak anak-anak yang lebih aktif untuk melakukan aktivitas di luar rumah.
Tanoker berdiri sebagai agen perubahan di masyarakat Ledokombo. Tanoker sendiri merupakan bahasa Madura dari kepompong yang diciptakan oleh anak-anak Ledokombo untuk mengikat persahabatan mereka saat aktif bermain dan belajar di rumah Pak Supo. Pak Supo dan istrinya Bu Cicik yang bertanggungjawab dengan berbagai aktivitas di Tanoker, memfasilitasi anak-anak migran utnuk menjadi rumah kedua mereka. Namun, perhatian besar Tanoker tidak hanya terfokus pada lingkup anak-anak saja, tetapi berkembang ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini didedikasikan untuk dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berwawasan global serta berswadaya terutama para orang tua di Ledokombo itu sendiri.
Salah satu program pendampingan Tanoker yang terkait dengan pembangunan mental para orang tua terutama ibu sebagai agen perubahan dalam keluarga yakni Sekolah Bok-Ebok. Sekolah Bok-Ebok dalam bahasa Madura artinya Sekolah Ibu-Ibu. Siapapun, masyarakat perempuan dapat mengikuti prorses kegiatan tersebut untuk menanamkan jiwa pembangunan mental yang berwawasan secara universal dari segi peran terhadap keluarga maupun masyarakat. Dalam Sekolah Bok-Ebok sendiri, terdapat modal sosial sebagai landasan untuk meningkatkan kapasitas perempuan di Ledokombo. Membangun kepercayaan bagi masyarakat menjadi sesuatu yang riskan, sehingga berbagai upaya dalam mensosialisasikan visi misi adanya program ini, dengan memanfaatkan beberapa pihak yang berpengaruh di wilayahnya seperti fasilitator sukarela terpilih yakni Bu Enik dan Bu latifah. Dengan memanfaatkan jaringan seperti keterlibatan berbagai instansi baik mulai dari desa hingga pusat sebagai bentuk dukungan dalam program, elemen masyarakat dan para akademisi untuk menjadi fasilitator di setiap pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan Namun, tidak lupa nilai-nilai positif yang terkandung dimaknai dengan adanya kepercayaan tersebut. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam proses pengembangan kapasitas ini tidak terlepas dari sisterhood dan gender equality sebagai landasan yang menguatkan hosei sosial kelompok tersebut. Selain itu, norma agama sebagai salah satu komponen terkuat, menjadi unsur kepercayaan masyarakat perempuan di wilayah ini dalam mengikuti berbagai aktivitas di Sekolah Bok-Ebok. Tidak lupa norma kebiasaaan juga turut menyertai sebagai landasan keteraturan di setiap rutinitas yang dilakukan.