Show simple item record

dc.contributor.authorArini, Livia Gusti
dc.date.accessioned2019-11-26T06:57:40Z
dc.date.available2019-11-26T06:57:40Z
dc.date.issued2019-07-03
dc.identifier.nim150810201001
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/96212
dc.description.abstractBanyak perusahaan menganggap sumber daya manusia merupakan asset berharga mereka. Hal ini dipengaruhi oleh peran aktif manusia dan dominan dalam setiap kegiatan perusahaan antara lain menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan perusahaan. Baik alat atau mesin yang disediakan oleh perusahaan tidak akan memiliki manfaat bagi perusahaan jika peran aktif manusia tidak turut serta. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi akan sangat berperan bagi perusahaan untuk membantu perusahaan mencapai tujuan. Efektivitas perusahaan dalam pencapaian tujuan juga merupakan salah satu bentuk kondisi yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia. Sesuai dengan asumsi yang telah disebutkan, Mc Gregor dalam teori – Xnya menyatakan bahwa manusia sesungguhnya memiliki kecenderungan untuk menjadi pemalas, kurang bergairah dalam usaha maupun untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Robbins dalam Gogy, (2013). Pernyataan tersebut membuat perusahaan berfikir bagaimana cara untuk dapat menarik karyawan berkopeten dan meminimalisir hadirnya kecenderungan untuk bermalas – malasan dan ditemukanlah solusi yaitu komitmen organisasional. Faktor – faktor yang mempengaruhi komitmen organisasional dalam penelitian ini ada tiga yaitu kepemimpinan transformasional, flexible work arrangement, dan konflik peran ganda. Kepemimpinan transformasional dianggap dapat meningkatkan komitmen organisasional Karen pemimpin memberi arahan mengenai nilai, tujuan, presepsi kepada karyawan sehingga karyawan paham akan posisinya. Sedangkan flexible work arrangement juga berperan aktif dalam membangun komitmen pekerja karena dengan adanya flexible work arrangement maka pekerja lebih dapat leluasa mengatur waktu, tempat, dan kapan dia akan menyelesaikan tugasnya. Dan konflik peran ganda merupakan faktor yang dianggap akan menurunkan komitmen organisasional. Hal ini dikarenakan dengan adanya konflik peran ganda akan menimbulkan stress berkelanjutan yang membuat pekerja harus berpikir bagaimana caranya menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Pekerjaan dan beban kerja yang menumpuk juga akan memperparah keadaan psikis seorang pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, flexible work arrangement, konflik peran ganda secara parsial terhadap komitmen organisasional pada pekerja di Unit Usaha Bobbin Jember. Dimana Unit Usaha Bobbin merupakan Unit Usaha PTPN X yang beroprasi dalam bidang cutting tembakau. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja cutting Unit Usaha Bobbin yang memiliki kriteria telah menikah, bekerja lebih dari 1 tahun, dan pekerja yang bekerja pada shift 1 dan shift 3.Jumlah sampel dalam penelitian ini 374 responden. Metode yag digunakan adalah metode purposive sampling. Variabel yang digunakan adalah kepemimpinan transformasional, flexible work arrangement, konflik peran ganda sebagai variabel bebas dan komitmen organisasional sebagai variabel terikat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linear berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu kepemimpinan transformasional, flexible work arrangement, konflik peran ganda berpengaruh signifikan secara parsial terhadap komitmen organisasional.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jemberen_US
dc.subjectKepemimpinan Transformasionalen_US
dc.subjectFlexible Work Arrangementen_US
dc.subjectPekerja Unit Usaha Bobbinen_US
dc.titlePengaruh Kepemimpinan Transformasional, Flexible Work Arrangement, Dan Konflik Peran Ganda Terhadap Komitmen Organisasional Pada Pekerja Unit Usaha Bobbin Jemberen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record