dc.description.abstract | Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan partai hasil fusi Golongan
Spiritual yang terdiri dari empat partai Islam diantaranya NU, Parmusi, SI, dan Perti
pada tanggal 5 Januari 1973. Kekuatan politik Islam dalam sejarah kehidupan sosial
dan politik di Indonesia cukup kuat. Golongan Spiritual yang kemudian melebur
menjadikan PPP sebagai partai politik pusat kekuatan politik Islam. Permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah dinamika Partai
Persatuan Pembangunan pada awal fusi, (2) Bagaimanakah dinamika Partai Persatuan
Pembangunan pada masa berasas Islam, (3) Bagaimanakah dinamika Partai Persatuan
Pembangunan pada masa berasas Pancasila. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk: (1) Ingin mengkaji dinamika PPP pada masa awal
berdiri, (2) Ingin mengkaji dinamika PPP pada masa berasaskan Islam, (3) Ingin
mengkaji dinamika Partai Persatuan Pembangunan pada masa berasas Pancasila. Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu sejarah
khususnya tentang Ilmu perpolitikan khususnya tentang Partai Islam yang ada di
Indonesia salah satunya adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Penelitian ini menggunakan pendekatan yaitu pendekatan sosiologi politik,
untuk mempermudah dalam menganalisis data lapangan, sedangkan teori yang
digunakan adalah teori fungsionalisme struktural. Peneliti juga menggunakan metode
sejarah yang meliputi empat tahap yaitu: (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Interpretasi, dan
(4) Historiografi.
Hasil dari penelitian ini adalah membahas tentang NU, Parmusi, PSII dan
Perti memfusikan dirinya ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Nilai-nilai
Islam yang menjadi unsur utama pembentuk partai ini tetap dipelihara dan sepakat
bahwa Islam dijadikan sebagai asas partai. PPP sebagai partai yang baru berdiri
menjadi wadah partai-partai Islam terdahulunya, menciptakan hentakan kuat dalam
perpolitikan di Indonesia. Islam yang dijadikan asas utama PPP menjadi acuan
program dan visi demi mencapai tujuan partai. Kemelut dengan pemerintah membuat
PPP dianggap sebagai oposisi yang terkadang berkehendak lain dengan pemerintah
yang didukung penuh oleh Golkar. Berbagai usaha PPP demi menjaga ideologinya
menampakkan betapa gigih perjuangan PPP. Namun Keharmonisan dan kekompakan
hubungan NU dan PPP mulai mengalami keretakan. Hal tersebut dapat dilihat dalam
menghadapi masalah-masalah yang prinsip seperti RUU Pemilu, masalah Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dimana NU dengan tiga unsur PPP lainnya
mempunyai pandangan dan sikap berbeda-beda. Timbulnya konflik internal di PPP
disebabkan karena Penggabungan empat Partai Politik Islam sebelumnya bukanlah
berdasarkan kehendak atau kepentingan Partai-Partai Islam itu sendiri melainkan
karena keharusan untuk menyesuaikan dengan undang-undang yang ada yaitu UU
No.3/1975 tentang penyederhanaan sistem partai di Indonesia yang baru berlaku
tahun 1975 hal tersebut membuat PPP seakan mengalami krisis identitas. Perjalanan
PPP dari masa fusi hingga akhir Pemilu 1997 penuh dengan goncangan yang
membuat lika-liku PPP dalam menyongsong tiap pemilu. Dinamika yang muncul
memberikan pelajaran bagi PPP dalam menghadapi masalah yang muncul baik intern
maupun ekstern. Terlihat dalam perjuangan PPP untuk bisa melebarkan sayapnya
kembali dalam perpolitikan Indonesia sehingga PPP menjadi partai yang dapat
menjadi wadah dan tempat untuk menyampaikan aspirasi rakyat yang memilihnya.
PPP lahir dan berkembang dengan pesat dan mencapai titik puncak kekuatan
pada awal berdirinya. Dinamika menampakkan adanya perubahan susunan pengurus
PPP yang sesungguhnya karena keterpaksaan, namun dengan ketangguhannya PPP
mampu berdiri dan bangkit kembali meskipun jatuh. Perkembangan PPP menjadi
lebih kuat ketika berjalan selaras dengan tiap unsurnya, hal ini menunjukkan betapa
tangguhnya PPP dan menunjukkan keeksisannya dalam dunia politik di Indonesia. | en_US |