Show simple item record

dc.contributor.advisorSUSANTO
dc.contributor.advisorHOBRI
dc.contributor.authorSAIFUL
dc.date.accessioned2019-11-13T01:36:01Z
dc.date.available2019-11-13T01:36:01Z
dc.date.issued2019-07-01
dc.identifier.nimNIM170220101010
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/94225
dc.description.abstractMatematika sebagai salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Karena selain dapat mengembangkan penalaran logis, rasional, dan kritis serta memberikan ketrampilan kepada mereka untuk mampu menggunakan matematika dan penalaran dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu lain. Sedangkan sistem pembelajaran yang ada selama ini masih banyak yang perlu diadakan perubahan dan perbaikan. Perubahan tersebut adalah pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru (teacher oriented) beralih berpusat kepada siswa (student oriented), metode yang semula didominasi expocitory berubah ke participatory dan pendekatan yang semula tekstual berganti menjadi kontekstual. Bahkan berdasarkan pengamatan sederhana terhadap problematika pembelajaran matematika khususnya materi operasi aljabar terdapat kesulitan dan kendala pada beberapa aspek, diantaranya: kesulitan siswa, kendala guru dan keterbatasan fasilitas pendidikan. Pada aspek Kesulitan siswa, selain kesulitan terhadap objek matematika, juga terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa, baik yang bersifat intern ataupun ekstern. Dari beberapa kesulitan siswa terutama terhadap materi operasi aljabar dapat disederhanakan menjadi tiga kelompok, yaitu kurangnya materi prasyarat, kesalahan konsep dan kesalahan prosedur. Upaya yang dapat dilakukan adalah memahami kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika. Bagaimana siswa belajar, proses memahami, dan langka-langka belajarnya. Dan yang terpenting bagaimana siswa berpikir tentang proses pemikiran mereka dan apa yang siswa rasakan mengenai diri mereka sendiri sebagai pelajar. Kemampuan memahami kesulitan, bagaimana cara mengatasinya dan mencarai solusi disebut dengan metakognisi. Metakognisi merupakan suatu aktivitas mental yang tidak dapat diajarkan tetapi dapat ditanamkan dalam pembelajaran atau pelatihan. Metakognisi mempunyai dua komponen utama, yaitu pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge) dan kontrol metakognisi (metacognitive control). Pengetahuan metakognisi terdiri dari tiga aspek yang terkait erat, yaitu pengetahuan deklaratif (declarative knowledge), pengetahuan prosedur (procedural knowledge), dan pengetahuan kondisional (conditional knowledge). Sedangkan kontrol metakognisi terdiri dari tiga aspek, yaitu perencanaan (planning), pemantauan (monitoring), dan evaluasi (evaluation). Proses berpikir siswa perlu dilatih melalui pemberian soal/tugas yang lebih menantang, yang disebut dengan jumping task, yaitu soal/tugas yang diberikan membutuhkan pemikiran lebih mendalam dan biasanya berada di atas standar kurikulum. Penerapan jumping task dapat dikembangkan melalui Lesson Study for Learning Community (LSLC). Lesson study merupakan kegiatan pengkajian pembelajaran oleh guru-guru yang dilakukan secara bersama untuk memperbaiki kompetensinya, yang dilaksanakan dalam tiga tahapan kegiatan, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Sedangkan learning community sendiri merupakan hasil dari lesson study, untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga bisa saling bekerjasama dalam bentuk kolaborasi dan kolegalitas. Adapun penelitian ini membahas tentang analisis metakognisi siswa melalui jumping task berbasis lesson study for learning community. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dan mengetahui pengetahuan dan kontrol metakognisi siswa melalui jumping task berbasis Lesson Study for Learning Community. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study). Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, wawancara, think aloud dan dokumentasi. Tes diberikan kepada siswa ketika open class. Dari hasil tes, siswa dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan tingkat kemampuannya. Dua siswa dipilih secara acak dari masing-masing kelompok untuk diwawancarai dan diperdalam melalui teknik think aloud. Analisis data berupa teori induksi dan reduksi data. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Lesson Study for Learning Community dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terlihat dari aktivitas siswa mulai pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga meningkat, dengan rincian kategori keaktifan siswa, yaitu terdapat 6 siswa kurang aktif (20%), 21 siswa aktif (70%), dan 3 siswa sangat aktif (10%). Respon siswa terhadap proses pembelajaran dan penggunaan LKS menyatakan respon positif mencapai 90%. Sedangkan kemampuan metakognisi menunjukkan bahwa terdapat 15 kategori baik (42%), 10 kategori cukup baik (28%), dan 11 kategori tidak baik (30%). Siswa yang memiliki pengetahuan metakognisi baik, pada saat menerapkan kontrol metakognisi menjadi efektif dan efisien, sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan metakognisi kurang baik, pada saat menerapkan kontrol metakognisi mengalami kesulitan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries170220101010;
dc.subjectMetakognisien_US
dc.subjectJumping Tasken_US
dc.subjectLesson Study for Learning Communityen_US
dc.titleAnalisis Metakognisi Siswa Melalui Jumping Task Berbasis Lesson Study for Learning Communityen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record