dc.description.abstract | Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang memegang peranan
yang sangat penting dalam pendidikan. Karena selain dapat mengembangkan
penalaran logis, rasional, dan kritis serta memberikan ketrampilan kepada mereka
untuk mampu menggunakan matematika dan penalaran dalam memecahkan
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu
lain. Sedangkan sistem pembelajaran yang ada selama ini masih banyak yang
perlu diadakan perubahan dan perbaikan. Perubahan tersebut adalah pembelajaran
yang hanya berpusat kepada guru (teacher oriented) beralih berpusat kepada
siswa (student oriented), metode yang semula didominasi expocitory berubah ke
participatory dan pendekatan yang semula tekstual berganti menjadi kontekstual.
Bahkan berdasarkan pengamatan sederhana terhadap problematika pembelajaran
matematika khususnya materi operasi aljabar terdapat kesulitan dan kendala pada
beberapa aspek, diantaranya: kesulitan siswa, kendala guru dan keterbatasan
fasilitas pendidikan. Pada aspek Kesulitan siswa, selain kesulitan terhadap objek
matematika, juga terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
siswa, baik yang bersifat intern ataupun ekstern. Dari beberapa kesulitan siswa
terutama terhadap materi operasi aljabar dapat disederhanakan menjadi tiga
kelompok, yaitu kurangnya materi prasyarat, kesalahan konsep dan kesalahan
prosedur.
Upaya yang dapat dilakukan adalah memahami kesulitan yang dialami
siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika. Bagaimana siswa belajar,
proses memahami, dan langka-langka belajarnya. Dan yang terpenting bagaimana
siswa berpikir tentang proses pemikiran mereka dan apa yang siswa rasakan
mengenai diri mereka sendiri sebagai pelajar. Kemampuan memahami kesulitan,
bagaimana cara mengatasinya dan mencarai solusi disebut dengan metakognisi.
Metakognisi merupakan suatu aktivitas mental yang tidak dapat diajarkan tetapi
dapat ditanamkan dalam pembelajaran atau pelatihan. Metakognisi mempunyai
dua komponen utama, yaitu pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge)
dan kontrol metakognisi (metacognitive control). Pengetahuan metakognisi terdiri
dari tiga aspek yang terkait erat, yaitu pengetahuan deklaratif (declarative
knowledge), pengetahuan prosedur (procedural knowledge), dan pengetahuan
kondisional (conditional knowledge). Sedangkan kontrol metakognisi terdiri dari
tiga aspek, yaitu perencanaan (planning), pemantauan (monitoring), dan evaluasi
(evaluation).
Proses berpikir siswa perlu dilatih melalui pemberian soal/tugas yang lebih
menantang, yang disebut dengan jumping task, yaitu soal/tugas yang diberikan
membutuhkan pemikiran lebih mendalam dan biasanya berada di atas standar
kurikulum. Penerapan jumping task dapat dikembangkan melalui Lesson Study for
Learning Community (LSLC). Lesson study merupakan kegiatan pengkajian
pembelajaran oleh guru-guru yang dilakukan secara bersama untuk memperbaiki
kompetensinya, yang dilaksanakan dalam tiga tahapan kegiatan, yaitu
perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Sedangkan learning
community sendiri merupakan hasil dari lesson study, untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa sehingga bisa saling bekerjasama dalam bentuk kolaborasi
dan kolegalitas. Adapun penelitian ini membahas tentang analisis metakognisi
siswa melalui jumping task berbasis lesson study for learning community.
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran
dan mengetahui pengetahuan dan kontrol metakognisi siswa melalui jumping task
berbasis Lesson Study for Learning Community.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study). Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, tes, wawancara, think aloud dan dokumentasi. Tes
diberikan kepada siswa ketika open class. Dari hasil tes, siswa dikelompokkan
menjadi tiga berdasarkan tingkat kemampuannya. Dua siswa dipilih secara acak
dari masing-masing kelompok untuk diwawancarai dan diperdalam melalui teknik
think aloud. Analisis data berupa teori induksi dan reduksi data.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis Lesson Study for Learning
Community dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terlihat dari aktivitas
siswa mulai pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga meningkat, dengan
rincian kategori keaktifan siswa, yaitu terdapat 6 siswa kurang aktif (20%), 21
siswa aktif (70%), dan 3 siswa sangat aktif (10%). Respon siswa terhadap proses
pembelajaran dan penggunaan LKS menyatakan respon positif mencapai 90%.
Sedangkan kemampuan metakognisi menunjukkan bahwa terdapat 15 kategori
baik (42%), 10 kategori cukup baik (28%), dan 11 kategori tidak baik (30%).
Siswa yang memiliki pengetahuan metakognisi baik, pada saat menerapkan
kontrol metakognisi menjadi efektif dan efisien, sedangkan siswa yang memiliki
pengetahuan metakognisi kurang baik, pada saat menerapkan kontrol metakognisi
mengalami kesulitan. | en_US |