Profil Kecemasan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Berpikir Kreatif Pada Geometri Ditinjau Dari Teori Van Hiele
Abstract
Kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu
tujuan dalam pendidikan di Indonesia (UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional). Dalam memecahkan masalah matematika, siswa memiliki
kemampuan yang beragam tentu berdasarkan tingkat pemahaman siswa terhadap
konsep yang dimiliki siswa sebelumnya termasuk kemampuan geometri siswa.
Banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi geometri. Hal ini
terbukti dengan hasil review TIMSS 2011 yang menilai kemampuan matematika
dan sains kelas 8 menunjukkan skor pencapaian dalam geometri masih rendah
yaitu 39% dibanding konten matematika lainnya diberbagai Negara termasuk
Indonesia. Kesulitan siswa dalam memahami geometri ini memunculkan respon
negatif terhadap matematika (Budiman, 2014). Menurut Yusof dan Tall (dalam
Budiman, 2014) respon negatif dari siswa yang terjadi secara berulang-ulang akan
berubah menjadi kecemasan matematika. Untuk mengurangi kecemasan siswa,
dibutuhkan kreativitas siswa, karena apabila siswa cenderung lebih kreatif maka
kecemasan siswa akan rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kecemasan siswa
pada level visualisasi, analisis, dan deduksi informal dalam menyelesaikan
masalah berpikir kreatif pada geometri. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian siswa kelas 8 SMP Negeri 1
Cluring. Pengambilan data dimulai pada tanggal 7 november 2018 sampai tanggal
12 november 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, observasi,
dan wawancara. Data hasil penelitian dianalisis secara kualitatif.
Penelitian diawali dengan pemberian tes Van Hiele kepada 249 siswa
untuk mengetahui tahapan berpikir geometri siswa. Siswa yang terpilih menjadi
subyek penelitian adalah 6 orang siswa dengan level visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Selanjutnya diberikan tes berpikir kreatif kepada subyek
penelitian untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil
analisis menunjukkan bahwa siswa level visualisasi memiliki tingkat kemampuan
berpikir kreatif (TKBK) 3 atau siswa berada pada level kreatif. Siswa level
analisis memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif (TKBK) 3 atau siswa berada
pada level kreatif. Siswa level deduksi informal memiliki tingkat kemampuan
berpikir kreatif (TKBK) 4 atau siswa termasuk dalam level sangat kreatif.
Pada saat siswa mengerjakan tes kemampuan berpikir kreatif, siswa
diobservasi mengenai kecemasan yang dialami selama mengerjakan tes
kemampuan berpikir kreatif pada geometri. Setelah siswa selesai mengerjakan tes
kemampuan berpikir kreatif, siswa diwawancarai mengenai kecemasan yang
dirasakan selama mengerjakan tes. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa level
visualisasi mengalami gejala kecemasan dalam komponen psikologis dan
komponen fisiologis. Kecemasan yang dialami siswa level visualisasi adalah pada
saat disuruh menyebutkan nama-nama bangun segiempat. Siswa level analisis
mengalami gejala kecemasan dalam komponen psikologis dan komponen
fisiologis. Siswa level analisis mengalami kecemasan ketika disuruh menyebutkan
rumus-rumus bangun segiempat. Siswa level deduksi informal mengalami gejala
kecemasan dalam komponen psikologis. Siswa level deduksi informal mengalami
kecemasan ketika membaca soal kemampuan berpikir kreatif yang diberikan oleh
peneliti. Berdasarkan analisis terhadap kecemasan siswa dan kemampuan berpikir
kreatif siswa, tampak bahwa siswa yang memenuhi komponen berpikir kreatif
lebih banyak atau siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif yang
tinggi ternyata memiliki gejala kecemasan lebih sedikit.
Mengingat kemampuan berpikir kreatif siswa dapat membantu
mengurangi kecemasan siswa, diharapkan agar guru membiasakan siswa berpikir
kreatif dengan menyajikan soal yang memiliki solusi terbuka atau langkahlangkah
dalam
menyelesaikan
permasalahan
yang
beragam.