Konstruksi Sosial Penambang Marmer Mengenai Lingkungan “Industri Marmer Indonesia Tulungagung” di Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung
Abstract
Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung merupakan
wilayah yang memiliki sumber daya alam yang tinggi. Di desa ini terdapat
perusahaan tambang yang bernama PT. Industri Marmer Indonesia Tulungagung
(IMIT) mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya sejak proses tukar
guling terjadi antara pihak pemerintah (BUMN) dengan persero. IMIT meskipun
berkembang ketika sudah dimiliki oleh perorangan. Sayangnya, Penambangan
IMIT menimbulkan pencemaran lingkungan dikalangan masyarakat terutama
dalam bentuk limbah yang berupa pasat cair dan gas.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan, menganalisis
secara mendalam konstruksi sosial masyarakat lokal mengenai lingkungan
“Industri Marmer Indonesia Tulungagung” di Desa Besole Kecamatan Besuki
Kabupaten Tulungagung.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian berada di
Desa Besole Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung khususnya masyarakat
yang tinggal di area pertambangan IMIT. Dalam penentuan informan
menggunakan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan dalam
pengambilan data yaitu menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Uji Keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber dan
proses selanjutnya adalah proses analisis data.
Teori yang digunakan dalam menganalisis data dengan menggunakan teori
konstruksi sosial dari Peter L. Berger yang menyangkut tiga moment yaitu
eksternalisasi yaitu pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang sudah
terkonstruksi, objektivasi yaitu pembentukan dari konstruksi dan internalisasi yaitu internalisasi pelaku yang terkonstruksi. Realitas masyarakat terbagi menjadi
dua yaitu realitas subjektif dan realitas objektif. Dalam realitas subjektif yaitu
pengalaman setiap individu yang mendapat keuntungan dari IMIT, pernyataan
bahwa ada IMIT Desa Besole maju, Marmer tidak akan pernah habis, sampai
kiamat tidak akan habis. Sedangkan realitas objektif yaitu Desa Besole mengalami
kemajuan dan perkembangan, pengelolaan secara resmi atau legal, limbah IMIT
bermanfaat.
Hasil penelitian menunjukan proses penambangan marmer yang awalnya
ditolak masyarakat sampai diterima bahkan menjadikan Desa Besole mengalami
kemajuan. Masyarakat Desa Besole sudah sadar terhadap limbah yang dapat
mengganggu kesejahteraannya. Masyarakat mengolah limbah tersebut sehingga
menjadi ladang penghasilan yang beromset tinggi, akan tetapi disisi lain
masyarakat mengabaikan hutan. Kondisi hutan di desa ini sangat memprihatinkan.
Selain gundul, hanya ada tanaman perkebunan, sehingga masyarakat yang
bertempat tinggal di area penambangan berpotensi terpapar bencana banjir dan
tanah longsor.
Mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani dan produksi batuan
marmer. IMIT merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan dan
kerusakan lingkungan. Masyarakat masih mempunyai kesadaran yang rendah
tentang hal ini. Masyarakat lebih melihat pada pemanfaatan limbah yang menjadi
mata pencarian masyarakat. Anggapan terhadap bahan baku marmer yang tidak
akan bisa habis bahkan sampai kiamat menjadi pengetahuan yang selama ini
dimiliki oleh masyarakat. Hal ini terdapat pula pemikiran bahwa tanah tempat
tinggal tidak dapat ditanami, terutama yang berada disekitar pegunungan.
Perkembangan penambangan IMIT semakin mempersempit area lahan pertanian.
Lahan pertanian menjadi bangunan rumah atau bangunan lain karena masyarakat
pendatang dan perkembangan jumlah penduduk. Masyarakat memanfaatkan
limbah marmer dalam mengembangkan dan menaikkan taraf kehidupan
perekonomian masyarakat. IMIT merupakan penambangan yang legal/resmi dan
menjadikan Desa Besole semakin berkembang dan maju.