Efek Ekstrak Bawang Bombay (allium cepa l.) Terhadap luas jaringan parut Pada Kelinci Model Ulkus Kornea Oleh Staphylococcus Aureus
Abstract
Penelitian ini menggunakan desain penelitian true experimental jenis post-test only control group. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.) terhadap luas jaringan parut pada kelinci model ulkus kornea oleh Staphylococcus aureus. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 ekor. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik random sederhana (simple random sampling) yang terbagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol positif (moksifloksasin HCl 0,5%) dan 4 perlakuan ekstrak bawang bombay dengan konsentrasi yang berbeda (1,5%, 3%, 6%, dan 12%). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak bawang bombay, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah luas jaringan parut. Penelitian ini dilakukan selama 14 hari dimulai dari adaptasi, pembentukan
ulkus kornea dengan cara injeksi intrastromal suspensi bakteri Staphylococcus aureus, pemeriksaan ulkus kornea dengan menggunakan uji fluoresensi, pemberian perlakuan secara topikal 6 kali sehari selama 7 hari setelah terbentuk ulkus, pengambilan gambar jaringan parut pada mata kelinci, dan terminasi kelinci. Pengukuran luas jaringan parut menggunakan perangkat lunak imageJ yang dinyatakan dalam satuan millimeter persegi (mm2). Analisis data menggunakan uji komparatif one way anova post hoc tukey HSD.
Secara berurutan hasil rerata luas jaringan parut dari yang terkecil hingga yang terbesar yakni kontrol positif (moksifloksasin HCl 0,5%), P3 (ekstrak bawang bombay konsentrasi 6%), P2 (ekstrak bawang bombay konsentrasi 3%), P1 (esktrak bawang bombay konsentrasi 1,5%), P4 (ekstrak bawang bombay konsentrasi 12%). Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk dan uji homogenitas Lavene’s Test didapatkan nilai p>0,05 yang berarti data terdistribusi normal dan tidak ada perbedaan varians data sehingga uji One Way Anova dapat dilakukan. Setelah dilakukan uji One Way anova dengan nilai p=0,00 yang berarti terdapat perbedaan bermakna rerta luas jaringan parut antar kelompok.
Hasil uji post hoc tukey HSD menunjukkan bahwa ketiga kelompok sampel yakni pemberian moksifloksasin HCl 0,5%, ekstrak bawang bombay 3%, dan ekstrak bawang bombay 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena ekstrak bawang bombay memiliki efek farmakologis pada tubuh seperti flavonoid, saponin, dan tanin. Terutama flavonoid dalam ekstrak bawang bombay dapat mengurangi pembentukan jaringan parut dengan menghambat aktivitas fibroblast. Selain itu, zat antibakteri yang dimiliki oleh flavonoid akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel dan membran sitoplasma.
Sedangkan, ekstrak bawang bombay 1,5% dan 12% dengan moksifloksasin HLC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dalam pembentukan luas jaringan parut. Ekstrak bawang bombay 12% kemungkinan bersifat toksik karena menghasilkan rerata luas jaringan parut paling besar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bawang bombay (Allium cepa L.) 3% dan 6% memiliki pengaruh terhadap luas jaringan parut yang terbentuk pada mata kelinci. Selain itu semakin tinggi konsentrasi maka rerata luas jaringan parut yang terbentuk semakin kecil kecuali pada ekstrak bawang bombay 12% yang menghasilkan rerata luas jaringan parut paling besar kemungkinan karena bersifat toksik.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]