dc.description.abstract | Hermetia illucens, lebih dikenal dengan warna hitam lalat tantara. Lalat ini awalnya hanya tersebar di daerah Neotrika dan sekarang sudah ditemukan di setiap wilayah zoogeografis setelah puluhan tahun menyebar ke seluruh bagian dunia terutama pada daerah yang beriklim tropis. Aktivitas makan dari H. illucens hanya terjadi di tahap larva. Selama fase larva, lalat ini merupakan serangga yang memiliki aktivitas makan yang sangat tinggi dalam memakan bahan organik seperti limbah dari tumbuhan (buah-buahan dan sayuran busuk), bangkai hewan dan pupuk kandang yang sekaligus dijadikan sebagai habitat dari larva tersebut. Larva H. illucens mampu mengkonsumsi makanan sebanyak 25-500 mg materi segar per larva setiap harinya. Kemampuan ini didukung oleh bentuk mulut larva H. illucens yang sangat kuat dan memiliki bentuk seperti pengait (hook). Larva H. illucens mencerna makanannya dibantu oleh beberapa enzim dalam sistem pencernaannya seperti enzim selulase. Enzim selulase diperoleh dari bakteri selulolitik yang bersimbiosis dalam usus (gut) H. illucens. Pemanfaatan bakteri selulolitik sebagai penghasil enzim selulase sangat penting dalam proses konversi. Bakteri tersebut mampu menguraikan selulosa menjadi glukosa sebagai sumber karbon dan sumber energi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : (i) isolasi bakteri, (ii) pemurnian bakteri, (iii) pembuatan reagen Somogyi-Nelson. Dilanjutkan dengan identifikasi dan fisiologi mikrob antara lain : (i) Pengamatan makroskopis meliputi morfologi dan indeks aktivitas enzim, (ii) Pengamatan mikroskopis meliputi pewarnaan gram, pewarnaan endospora, dan uji katalase, (iii) Uji biokimia meliputi uji karbohidrat, uji motilitas, dan uji simon sitrat. Tahap terakhir adalah produksi enzim antara lain : (i) penentuan kurva standart glukosa, (ii) produksi ekstrak enzim kasar, (iii) penentuan kurva aktivitas enzim selulase. Hasil isolasi bakteri pada midgut H. illucens ditemukan 2 spesies bakteri yaitu Proteus sp. dan Klebsiella sp.. Kedua spesies bakteri ini memiliki aktivitas enzim selulase masing-masing. Proteus sp. mampu menghasilkan gula reduksi dengan aktivitas enzim selulase maksimum pada hari ke-3 sebanyak 23,615 𝜇𝑔/𝑚𝑙 pada substrat CMC. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Osho et al., (2017) Proteus sp. dapat menghasilkan enzim β-D-glucosidase dengan waktu inkubasi maksimum pada hari-3 atau pada jam ke- 72 dengan substrat CMC. Enzim β-Dglucosidase merupakan salah satu jenis enzim selulase. Bakteri Klebsiella sp. memiliki aktivitas enzim selulase maksimum pada hari ke-3 dengan jumlah gula reduksi sebanyak 37,462 𝜇𝑔/𝑚𝑙 pada media CMC. Klebsiella sp.dapat menghasilkan enzim selulase yang mampu mendegradasi selulosa menjadi glukosa (Yu et al., 1985). Aktivitas enzim selulase yang ditandai dengan jumlah gula reduksi pada Klebsiella sp. lebih tinggi dari pada Proteus sp. disebabkan karena jumlah sel pada Klebsiella sp. lebih banyak dibandingkan pada Proteus sp. (Lampiran E.). Uraian hasil tersebut disimpulkan bahwa bakteri Proteus sp. dan Klebsiella sp. adalah bakteri selulolitik yang ditandai adanya aktivitas enzim selulase. | en_US |