Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Hidrokoloid Ireversibel Setelah Didesinfeksi Dengan Teknik Spray Menggunakan Ekstrak Kulit Apel Manalagi (Malus Sylvestris Mill.)
Abstract
Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk membuat replica (model) gigi dan jaringan sekitarnya. Bahan cetak yang sering digunakan adalah hidrokoloid ireversibel atau biasa disebut dengan alginat. Prosedur pencetakan bahan cetak di rongga mulut dapat menjadi sumber terjadinya kontaminasi silang. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan pencetakan, darah dan saliva dapat menempel pada permukaan bahan cetakan. Oleh karena itu, hasil cetakan alginat sebaiknya didesinfeksi terlebih dahulu sebelum pembuatan model gipsum. Bahan desinfektan yang sering digunakan dapat berupa bahan kimia, salah satunya adalah sodium hipoklorit 0,5%, dan bahan alami yang dapat menjadi alternatif yaitu Ekstrak Kulit Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) 25%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan dimensi hasil cetakan dari bahan cetak hidrokoloid ireversibel setelah didesinfeksi dengan teknik spray menggunakan ekstrak kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) 25%. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratoris dan rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only control group design pada 30 sampel hasil cetakan alginat yang terdiri dari 6 kelompok, yaitu kelompok yang hasil cetakannya disimpan selama 5 menit, disimpan selama 10 menit, di spray sodium hipoklorit 0,5% dan didiamkan selama 5 menit, di spray sodium hipoklorit 0,5% dan didiamkan selama 10 menit, di spray ekstrak kulit apel manalagi 25% dan didiamkan selama 5 menit, dan di spray ekstrak kulit apel manalagi 25% dan didiamkan selama 10 menit. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari proses pencetakan model master yang berbentuk rongga mulut rahang atas. Pembuatan sampel diawali dengan mencampur 16,8gr bubuk alginat dengan 40ml air dan diaduk menggunakan vacum mixer selama 20 detik. Kemudian dilakukan desinfeksi pada hasil cetakan sesuai dengan kelompok perlakuan, selanjutnya sampel yang telah diberi perlakuan segera diisi dengan gipsum dengan cara mencampur 100gr bubuk dan 30ml air kemudian diaduk dengan menggunakan vacum mixer selama 20 detik. Hasil dari pengisian diukur menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05mm dengan acuan dua garis yaitu garis AP dan CA. Data yang diperoleh secara deskriptif menunjukkan bahwa rerata terbesar pengukuran dimensi terdapat pada kelompok yang dispray sodium hipoklorit 0,5% dan disimpan selama 10 menit pada garis AP dan PC, dan rerata terendah adalah kelompok yang langsung disimpan selama 5 menit pada garis AP dan kelompok yang langsung disimpan selama 10 menit pada garis PC. Kemudian dilakukan uji One Way Anova didapatkan nilai p<0,05 pada garis AP maupun garis PC dan dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat adanya perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan. Dari hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok yang langsung disimpan selama 5 dan 10 menit dengan kelompok yang dispray sodium hipoklorit 0,5% dan ekstrak kulit apel manalagi 25% dan disimpan selama 5 dan 10 menit dengan nilai p<0,05, namun dalam penggunaan bahan sodium hipoklorit (NaOCl) 0,5% dan ekstrak kulit apel manalagi 25% tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai p>0,05. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah terdapat perubahan dimensi hasil cetakan dari bahan cetak hidrokoloid ireversibel setelah didesinfeksi dengan teknik spray menggunakan ekstrak kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) 25%, namun perubahan dimensi tersebut secara deskriptif lebih kecil daripada sodium hipoklorit (NaOCl) 0,5%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]