dc.description.abstract | Remaja selama tumbuh kembangnya memerlukan perawatan yang baik dari
berbagai pihak, baik keluarga, sekolah, dan masyarakat (T Susanto, Rahmawati, &
Sulistyorini, 2012), termasuk juga dalam aspek fasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan reproduksi remaja. Dalam tahap perkembangannya,
remaja mencoba perilaku baru dan mencari tantangan karena dorongan
perkembangan baik secara fisik, psikologis, kognitif, dan emosionalnya (Ritanti,
Wiarsih, Dewi, & Susanto, 2017). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa prevalensi perilaku sexual aktif pada remaja laki-laki (56,6%) lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja perempuan (43,7%) yang berhubungan dengan
factor sikap negative terhadap kesehatan reproduksi remaja (T. Susanto et al.,
2016). Sementara itu, perilaku sexual aktif pada remaja laki-laki berkaitan dengan
perilaku pacaran, sedangkan pada remaja perempuan berkaitan dengan
kurangnya akses informasi terkait dengan penggunaan obat-obatan terlarang (T.
Susanto et al., 2016). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kesehatan reproduksi
remaja memerlukan penanganan yang baik dalam mewujudkan remaja yang sehat.
Dilain pihak, imaturitas perkembangan selama pubertas pada remaja laki-laki
(22,7%) lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan (18.4%), tetapi
untuk sikap negative pada kesehatan reproduksi pada remaja perempuan (40,6%)
lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki (37,1%) yang berkaitan dengan
factor usia, komunikasi dengan orang tua, dan tahap perkembangan pubertas
(Tantut Susanto, Saito, et al., 2016). Keluarga sebagai pranata social pertama
merupakan elemen penting dalam membentuk karakter remaja sehat (Tantut
Susanto, 2012) dengan penguatan struktur dan fungsi keluarga (Tantut Susanto et
al., 2018)dalam pencapaian tugas perkembangan keluarga remaja. Berdasarkan
hasil penelitian, terapi keperawatan keluarga mampu memnadirikan keluarga
dalam memfasilitasi kemandirian keluarga dengan pemenuhan kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja (Tantut Susanto, 2010). Dilain pihak, hasil program
pojok remaja di sekolah mampu meningkatkan ketrampilan hidup remaja dalam
kesehatan reproduksi (Tantut Susanto, Rahmawati, & Sulistyorini, 2013). Untuk itu, program kesehatan reproduksi remaja di sekolah dan keluarga perlu untuk
dikembangkan dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Kondisi remaja di masyarakat pun mulai terjadi perubahan dan pergeseran tata
nilai. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa persepsi tentang sex, gender,
dan norma kesehatan mempengaruhi persepsi remaja dalam perencanaan
keluarga di kemudian hari, dan yang mempengaruhi jenis penikahan adalah
perilaku kesehatan reproduksi (Tantut Susanto, Kimura, Tsuda, Wuri
Wuryaningsih, & Rahmawati, 2016). Hasil analisis program kesehatan reproduksi
remaja di tatanan layanan kesehatan pun masih kurang mendukung pelaksanaan
program kesehatan reproduksi bagi remaja (Tantut Susanto, 2011), sehingga
perilaku dan sikap remaja putri selama menstruasi dari hasil survei di sekolah pun
menunjukkan kurang optimal dalam perilaku kesehatan reproduksi (Tantut
Susanto, 2017).
Untuk itu diperlukan adanya suatu buku pengangan bagi remaja, terutama remaja
usia siswa sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam mengenal kesehatan
reproduksi remaja, sehingga akan terbentuk remaja yang sehat reproduksinya.
Buku pengangan program kesehatan reproduksi remaja siswa SMP ini disusun
dalam upaya memfasilitasi program kesehatan reproduksi remaja di tatanan
sekolah. Acuan buku pengangan program kesehatan reproduksi siswa SMP ini
berisikan informasi terkait dengan (1) Tumbuh Kembang Remaja; (2) Kesehatan
Reproduksi Remaja; (3) Generasi Berencana (Genre); (4) Infeksi Menular Seksual
Dan Infeksi Saluran Reproduksi; (5) Narkotika, Alkohol Psikotropika Dan Zat
Adiktif Lainnya; (6) Gizi Remaja; (7) Rokok; dan (8) Kenalakan Remaja. Semoga
buku ini mampu menjadi pengangan remaja siswa SMP dalam mengenal
kesehatan reproduksi remaja. | en_US |