dc.description.abstract | Penyakit infeksi masih menduduki urutan tertinggi penyebab penyakit dan
kematian di Negara berkembang seperti Indonesia (Wahjono, 2007). Penyakit
infeksi merupakan kontributor penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup
besar hingga saat ini (Suwarto, 2019). Data statistik WHO menunjukkan bahwa
infeksi termasuk dalam sepuluh besar penyakit yang menjadi penyebab kematian
di Indonesia dengan persentase 9,5% (WHO, 2015). Pemberian agen antibakteri
untuk pengobatan infeksi merupakan terapi utama yang digunakan hingga saat ini.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan adanya resistensi
bakteri terhadap antibiotik (Kuswandi, 2011), timbulnya efek samping seperti
hipersensitivitas, penekanan sistem imun, dan reaksi alergi (Bibi dkk., 2011).
Periode ini penggunaan antibakteri mengalami masalah dengan peningkatan
resistensi beberapa jenis antibakteri (Multi Drug Resistance) (Utami, 2017). Salah
satu contoh bakteri yang mengalami peningkatan resistensi adalah Staphylococcus
aureus (S. aureus) (Oliveira dkk., 2002). Penelusuran agen antibakteri harus terus
dilakukan untuk mendapatkan alternatif antibiotik baru yang memiliki aktivitas
terhadap mikrooganisme patogen (Zulkifli dkk., 2016). Salah satu cara
mendapatkan agen antibiotik yang baru yaitu dengan memanfaatkan agen
antibakteri yang bersumber dari bahan alam. Menurut sejarah, penemuan agen
antibakteri banyak berasal dari fungi (Zhu dkk., 2011), salah satunya yaitu
Penicillin (Drews, 2009). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
menelusuri dan mengisolasi fungi tanah dari Kabupaten Situbondo serta
melakukan skrining potensi fungi tersebut dalam menghambat pertumbuhan
bakteri S. aureus. | en_US |