Gambaran Cyberbullying Pada Pelajar Sma Di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
Abstract
Cyberbullying adalah suatu tindak kekerasan yang mengintimidasi ataupun mengganggu orang yang lemah dan umumnya banyak terjadi di media sosial. Perbedaan antara Cyberbullying dengan bullying hanya pada tempat, seorang pembully atau mobbing melakukan intimidasi, ancaman, pelecehan, terhadap target. Pada dasarnya, permasalahan cyberbullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan konvensional karena pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan korban. Korban yang terkena cyberbullying jarang melaporkan kepada orang tua, sehingga banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa anak-anak mereka terkena bullying di dalam dunia maya.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang dilakukan di Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2018 sampai Januari 2019. Sampel diambil di SMA/SMK sederajat di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember menggunakan teknik proporsional sample dan menghasilkan sampel sebanyak 358 orang dari 13 sekolah menengah atas di Kabupaten Jember. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian ini sebagian besar berusia 15-18 tahun dengan kriteria yakni, sebanyak 223 responden (62,2%) berjenis kelamin wanita, tingkat pendidikan SMA sederajat (100%), mayoritas remaja bertempat tinggal di desa sebanyak 234 responden (65,3%). Sebaran jumlah data cyberbullying pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, paling banyak yaitu pada jenis kelamin wanita sebanyak 174 responden (59.1%) sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yaitu 120 responden (40.9%) yang mengalami cyberbullying.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang mengalami cyberbullying sebanyak 294 responden (100%) remaja SMA sederajat sedangkan untuk karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal yang paling banyak terkena cyberbullying adalah di desa sebanyak 195 responden (66.3%) sedangkan sebanyak 99 responden 33.7% bertempat tinggal di kota.
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel karaktersitik kepribadian menunjukan sebanyak 309 responden (86.5%) tergolong tinggi hal ini disebabkan oleh banyaknya remaja SMA yang mendapatkan cyberbullying. Variabel Strain (ketegangan) pada remaja SMA secara umum rendah sebesar 249 responden (69.5%) hal ini terbukti padahasil penelitian yaitu banyak remaja yang tidak melakukan profokasi dalam mendapatkan bullyan atau upaya untuk memancing teman agar membuat marah. Selanjutnya peran interaksi orang tua dan anak pada hasil penelitian termasuk dalam golongan rendah sebanyak 224 responden (62.6%), karena banyak dari remaja SMA kurang mendapatkan pengawasan dari orang tua dalam pemanfaatan media sosial, juga terdapat permasalahan keluarga yang mengakibatkan remaja kurang mendapatkan perhatian yang baik dari orang tua.
Jenis cyberbullying yang terbanyak yakni Flaming (amarah) terdapat 280 responden 95.2% dari total remaja SMA yang mendapatkan cyberbullying. Harassment (gangguan) sebanyak 198 responden (67,3%) termasuk dalam golongan yang tinggi. Denigrations (penghinaan) sebagain kecil terdapat 46 responden atau (15,6%) perlakuan pencemaran nama baik. Sebanyak 77 responden (26.1%) yang tergolong tinggi dengan kata lain pernah mendapatkan perlakuan impersonations (peniruan). Outing (penipuan) termasuk pada golongan tinggi sebesar 73 responden atau responden pernah mendapatkan perlakuan cyberbullying berupa tipu daya. 56 responden (19%) tergolong tinggi atau pernah mendapatkan perlakuan exclution (pengeluaran). Serta terdapat 75 responden atau (25,5%) termasuk kedalam cyberstalking (penguntitan).
Dampak yang Terjadi Akibat Cyberbullying Pada Remaja SMA di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember, pada variabel kecemasan sebanyak 112 responden (38,1%) termasuk pada golongan yang tinggi, sementara 182
responden (61,9%) termasuk kedalam golongan rendah. Dampak kedua yaitu Self-esteem sebanyak 70 responden (23.8%) termasuk dalam golongan yang tinggi sedangkan 224 responden (76.2%) termasuk dalam golongan yang rendah.
Saran peneliti bagi peneliti selanjutnya perlunya penelitian lanjutan yang lebih spesifik dengan variabel lain kaitannya dengan cyberbullying yang terjadi pada belakangan ini. Perlunya penelitian lanjutan dihubungkan dengan aspek-aspek yang lebih khusus semisal aspek psikososial, aspek moral religion, aspek hubungan dengan orang tua, aspek hubungan pada teman sebaya denga metode penelitian kualitatif untuk penelitian selanjutnya. Bagi orang tua agar mengetahui, mendampingi, memberi edukasi, lebih aktif dalam perkembangan dan pertumbuhan dalam mengawasi penggunaan internet atau media sosial online terhadap anaknya. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat perlunya memberikan pemahaman secara khusus dan detail terkaiat upaya promosi dan pencegahan bagi remaja atau mahasiswa guna mencegah adanya bibit-bibit korban atau pelaku dari cyberbullying. Bagi institusi kesehatan diantaranya dapat memasukkan permasalahan cyberbullying dalam program PKPR dan diharapkan dapat memberikan layanan penguatan dan pengimplementasian upaya kesehatan mental pada remaja untuk mencegah terjadinya bullying dan cyberbulllying. Bagi dinas institusi pendidikan menjadikan referensi bagi institusi pendididkan untuk memberikan pemahaman atau edukasi kepada remaja atau pelajar dan juga orang tua mengenai bahaya cyberbullying. Sekolah mampu mengawasi aktivitas online atau internet pelajar di sekolah dengan mengadakan bimbingan konseleing dengan guru BK di sekolah. Memfasilitasi pelajar yang mengalami gangguan kepribadian, ketegangan terutama cyerbullying melalui bimbingan konseling sehingga gangguan yang terjadi pada remaja dapat teratasi.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]