Analisis Kecemasan Siswa SMA Dalam Menyelesaikan Soal Integral
Abstract
Dalam menyelesaikan soal integral, dibutuhkan pemahaman konsep yang baik, pemahanam rumus yang tepat, serta ketelitian dan kekreatifitasan yang tinggi. Diharapkan siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan integral menggunakan rumus yang tepat. Banyaknya rumus yang ada pada materi integral, membuat siswa sering melakukan kesalahan dalam penyelesaiannya sehingga muncul perasaan tidak suka terhadap matematika. Perasaan tidak suka terhadap matematika merupakan pemicu munculnya kecemasan matematika pada diri siswa. Kecemasan matematika merupakan perasaan cemas yang dialami beberapa individu saat menghadapi masalah matematika. Kecemasan matematika banyak terjadi dikalangan siswa dan bahkan menjadi penentu bagi pandangan mereka terhadap matematika kedepannya. Siswa cenderung menghindari jam pelajaran matematika dan bersikap acuh selama pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa akan mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kecemasan matematika yang dialami oleh siswa SMA dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memunculkan kecemasan siswa SMA tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Bondowoso dimana penelitian ini dimulai pada tanggal 19 April 2019 hingga 3 Mei 2019. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan mengenai kecemasan matematika siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Bondowoso. Siswa-siswi tersebut memiliki gejala kecemasan matematika pada kondisi kognitif yaitu mengalami kesulitan berkonsentrasi ketika memahami konsep integral sehingga tidak mampu memahami maksud soal yang diberi dan merasa kebingungan dalam menentukan rumus dan cara pengerjaanya. Pada kondisi afektif mengalami kegelisahan karena tidak mendapat contekan dan waktu pengerjaan tersisa sedikit, mengalami ketakutan ketika ditunjuk untuk mengerjakan soal di depan kelas, hal ini terjadi karena siswa merasa tidak dapat menemukan penyelesaian soal yang diberikan, dan merasa gugup ketika tes berlangsung sehingga tidak dapat mengingat materi yang telah dipelajari. Kemudian pada kondisi fisiologis mengalami pusing setelah membaca soal yang sulit, tangan gemetar karena tidak mengerti cara untuk menyelesaikan soal, dan berkeringat ketika tidak mampu menyelesaikan soal.
Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi tifga faktor utama, yaitu faktor kepribadian, lingkungan atau sosial, dan intelektual. Faktor kepribadian meliputi kepercayaan diri yang kurang ketika mengikuti pelajaran matematika dan pengalaman masa lalu yang buruk terhadap pelajaran matematika. Faktor lingkungan atau sosial yaitu kondisi kelas yang kurang kondusif sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Faktor intelektual yaitu lemahnya kemampuan intelektual siswa dalam mempelajari atau memahami setiap materi.