Show simple item record

dc.contributor.authorAri Yogo Prasetya
dc.date.accessioned2013-09-09T01:39:13Z
dc.date.available2013-09-09T01:39:13Z
dc.date.issued2013-09-09
dc.identifier.nimNIM060210302230
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/935
dc.description.abstractPura Mandara Giri Semeru Agung dibangun pada tahun 1988 di Desa Senduro Kabupaten Lumajang. Latar belakang pemilihan lokasi Pura Mandara Giri Semeru Agung di kaki Gunung Semeru berkaitan dengan mite pemindahan puncak Gunung Mahameru dari India ke Jawa dengan maksud agar Pulau Jawa tidak jungkat-jungkit, sebagaimana dikisahkan dalam naskah Tantu Panggelaran. Dengan demikian Gunung Semeru dianggap suci oleh masyarakat Jawa sejak dahulu. Keunikan Pura Mandara Giri Semeru Agung kaitannya dengan budaya, perkembangan masyarakat Senduro serta potensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji Pura Mandara Giri Semeru Agung (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif). Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana sejarah berdirinya pura Mandara Giri Semeru Agung, (2) bagaimana nilai simbolik pura Mandara Giri Semeru Agung, (3) bagaimana pengaruh pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap masyarakat kecamatan Senduro, (4) bagaimana relevansi pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap pembelajaran sejarah. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) mengkaji sejarah berdirinya pura Mandara Giri Semeru Agung, (2) mengkaji nilai simbolik pura Mandara Giri Semeru Agung, (3) mengkaji pengaruh pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap masyarakat kecamatan Senduro, (4) mengkaji relevansi pura Mandara Giri Semeru Agung terhadap pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan antrapologi budaya, sosiologi agama, dan sosiologi pendidikan untuk mempermudah dalam menganalisis data lapangan, sedangkan teori yang digunakan adalah teori evolusionisme, teori fungsionalisme, dan teori simbolisme. Peneliti juga menggunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap yaitu: (1) Heuristik, (2) Kritik, (3) Interpretasi, dan (4) Historiografi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pura Mandara Giri Semeru Agung merupakan bangunan baru, yang dibangun untuk kepentingan umat Hindu. Gaya, struktur dan komponen- komponen arsitekturnya mengikuti gaya arsitektur pura-pura di Bali, yaitu arsitektur trdisional Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan Majapahit. Gaya arsitektur ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dengan dasar-dasar filsafat dalam ajaran agama Hindu. Didirikannya Pura Mandara Giri Semeru Agung di Kecamatan Senduro mengakibatkan adanya perubahan dalam bidang sosial, budaya maupun dalam bidang ekonomi masyarakat. Pura Mandara Giri Semeru Agung ini bisa dijadikan sumber pembelajaran sejarah berupa gambar, video visual maupun mengunjunginya secara langsung yang dapat memberikan gambaran tentang peristiwa sejarah. Pura ini relevan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada di berbagai jenjang pendidikan khusunya untuk tingkat menengah atas. Salah satu sekolah yang pernah menggunakan Pura Mandara Giri Semeru Agung adalah SMA Negeri 3 Lumajang dengan widya wisata, menurut guru dan siswa kegiatan ini berdampak positif dalam mata pelajaran sejarah, tidak ada kebosanan lagi seperti yang terjadi selama ini. Saran penulis sampaikan kepada Universitas Jember, masyarakat Senduro, guru, dan Pemerintah Kabupaten Lumajang, agar senantiasa menjaga nilai-nilai kebudayaan yang ada serta memanfaatkannya di berbagai bidang khusunya pendidikan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210302230;
dc.subjectSEMERUen_US
dc.titlePURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record