Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Tumbuhan Anyang-Anyang (Elaeocarpus Grandiflorus) Terhadap Escherichia Coli
Abstract
Infeksi bakteri menjadi salah satu dari penyebab kematian paling utama di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 terdapat 9 juta orang meninggal akibat penyakit infeksi setiap tahunnya. Penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri sudah banyak mengalami resistensi. Kemampuan beradaptasi dari bakteri menjadi hal penting untuk dikembangkannya agen antibakteri baru. Pemanfaatan suatu bahan alam yang diteliti terkait aktivitas antibakterinya dapat menjadi salah satu solusi. Skrining aktivitas antibakteri dapat dilakukan terhadap bakteri gram negatif seperti Escherichia coli (E. coli) karena bakteri yang banyak mengalami resistensi merupakan bakteri gram negatif. Resistensi bakteri gram negatif terkait dengan struktur dinding selnya yang memiliki permeabilitas rendah sehingga sukar ditembus oleh senyawa asing.
Penelitian aktivitas antibakteri pada tumbuhan telah banyak dilakukan salah satunya adalah tumbuhan anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus). Tumbuhan anyang-anyang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri tersebut dapat menjadi skrining awal untuk mengetahui potensi aktivitas antibakteri tumbuhan anyang-anyang terhadap bakteri gram negatif E. coli. Aktivitas antibakteri suatu tumbuhan biasanya merupakan kontribusi dari fitokonstituen yang dikandungnya. Penelitian terkait metabolit sekunder dari tumbuhan anyang-anyang masih sangat jarang dilakukan. Skrining fitokimia dapat dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam tumbuhan anyang-anyang.
Tumbuhan anyang-anyang pada penelitian ini diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut metanol dan difraksinasi secara partisi cair-cair dengan heksana, diklorometana, etil asetat, dan air. Skrining fitokimia dilakukan pada ekstrak dan semua fraksi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun anyang-anyang mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, polifenol, dan terpenoid. Hasil skrining fitokimia fraksi daun anyang-anyang menunjukkan bahwa fraksi heksana mengandung senyawa golongan polifenol dan terpenoid, fraksi diklorometana mengandung senyawa golongan alkaloid, polifenol, dan terpenoid, fraksi etil asetat mengandung senyawa golongan polifenol, dan residu mengandung senyawa golongan flavonoid dan polifenol.
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi daun anyang-anyang menggunakan metode mikrodilusi dengan mengacu pada protokol Clinical Laboratory Standart Institute (CLSI). Pengujian dilakukan terhadap bakteri E. coli yang diinkubasi selama 20 jam pada suhu 37⁰C. Gentamisin digunakan sebagai kontrol positif untuk memastikan bahwa metode yang dilakukan sudah benar.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap E. coli menunjukkan bahwa persentase penghambatan antibakteri oleh gentamisin telah memenuhi nilai yang disyaratkan yakni memiliki konsnetrasi hambat minimum (Minimum Inhibitory Concentration/MIC) ≤ 4 μg/mL. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki IC50 sebesar 360,969±10,542 μg/mL, fraksi heksana memiliki IC50 sebesar 1700,669±72,295 μg/mL, fraksi diklrometana memiliki IC50 sebesar 931,392±66,736 μg/mL, fraksi etil asetat memiliki IC50 sebesar 1082,715±67,798 μg/mL, dan residu memiliki IC50 sebesar 1205,687±130,771 μg/mL. Ekstrak metanol memiliki nilai IC50 yang paling rendah tetapi berdasarkan literatur nilai IC50 yang baik adalah < 100 μg/mL pada pengujian senyawa anti-infektif sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak metanol dan fraksi daun anyang-anyang tidak poten dalam menghambat pertumbuhan E. coli.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]