dc.description.abstract | Infeksi luka operasi adalah infeksi yang diperoleh selama operasi, baik secara eksogen ataupun secara endogen. Faktor risiko utama yang mempengaruhi infeksi luka operasi antara lain adalah sifat operasi/derajat kontaminasi (bersih, bersih terkontaminasi, terkontaminasi, kotor) yang bergantung pada lamanya operasi serta kondisi umum pasien. Salah satu upaya untuk mencegah atau mengobati terjadinya infeksi luka operasi adalah dengan pemberian antibiotik profilaksis ataupun antibiotik terpeutik yang bekerja dengan cara menurunkan atau mengeliminasi bakteri penyebab infeksi. Akan tetapi penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan berlebihan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap jumlah antibiotik yang digunakan di rumah sakit dan telah terbukti berhubungan dengan peningkatan resistensi antibiotik dan biaya perawatan kesehatan.
Resistensi antibiotik adalah masalah yang berkembang di seluruh dunia dan untuk menyikapi dampak penggunaan antibiotik tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan strategi pengendalian resistensi antimikroba dimana salah satu indikator mutu program pengendalian resistensi tersebut adalah dengan mengevaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit secara kuantitatif. Pengukuran kuantitas penggunaan antibiotik yang direkomendasikan WHO adalah dengan metode DDD (Defined Daily Dose) serta klasifikasi ATC (Anatomical Therapeutic Chemical) System untuk mendapatkan data standar yang dapat dibandingkan di tingkat nasional ataupun internasional guna meningkatkan kualitas penggunaan obat.
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien bedah RSUD Bangil Pasuruan periode tahun 2017 serta untuk mengetahui kesesuaian profil penggunaan antibiotik pasien bedah dibandingkan dengan Panduan Penggunaan Antibiotik RSUD Bangil tahun 2016 dan peta kuman rumah sakit, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
nyata untuk meningkatkan mutu RSUD Bangil Pasuruan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) dan bersifat retrospektif dengan melalui penelusuran informasi data rekam medik yang berupa data digital penggunaan antibiotik dari bagian Pusat Data Elektronik (PDE), bagian verifikasi, dan bagian rekam medik RSUD Bangil Pasuruan. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien bedah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) rawat inap yang berusia > 14 tahun serta di RSUD Bangil selama periode tahun 2017 dan yang digunakan sebagai data adalah semua yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien bedah RSUD Bangil Pasuruan periode tahun 2017 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 773 pasien. Karakteristik sumber pembiayaan pengobatan pasien yang terbesar adalah BPJS PBI (68,31%) dengan jumlah pasien terbanyak di rentang usia 15-65 tahun (87,32%) dan didominasi oleh pasien berjenis kelamin laki-laki (54,08%) dan kelompok penyakit yang paling banyak ditemui pada pasien bedah adalah musculoskeletal system and connective tissue (34,41%). Profil penggunaan antibiotik pada pasien bedah RSUD Bangil Pasuruan menunjukkan bahwa golongan antibiotik yang paling banyak diresepkan untuk pasien bedah adalah golongan sefalosporin (60,12%) dengan jenis antibiotik terbanyak adalah sefadroksil (25,15%). Hasil DDD/100 patient-days tertinggi adalah sefadroksil dengan nilai 21,64 DDD/100 patient days dan selanjutnya adalah seftriakson sebesar 10,70 DDD/100 patient days. Bakteri penyebab infeksi luka operasi (ILO) di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2017 yang paling banyak ditemukan adalah bakteri Gram positif Staphylococcus aureus (34,15%) dengan persen resitensi tertinggi (40, 77%) terhadap antibiotik gentamisin. Persentase kesesuaian pengunaan antibiotik dengan PPAB RSUD Bangil tahun 2016 yang terbesar adalah 89,47% yaitu pada diagnosis prosedur kraniotomi dan sebanyak 88,89% pada diagnosis prosedur mastoid dan sinus. | en_US |