Penentuan Kadar Kafein Pada Sampel Teh Di Pasaran Menggunakan Metode Nir-Kemometrik
Abstract
Teh adalah tanaman yang bagian daun dan pucuknya digunakan untuk
membuat minuman. Pada dasarnya terdapat empat jenis teh utama yaitu teh hitam,
teh hijau, teh oolong, dan teh putih. Keempat jenis teh tersebut dibedakan
berdasarkan proses fermentasinya. Teh hitam melalui proses fermentasi, teh hijau
tanpa melalui proses fermentasi, teh oolong melalui proses fermentasi sebagian
(semifermentasi), sedangkan teh putih diambil dari pucuk daun teh termuda yang
langsung diuapkan dan dikeringkan tanpa proses fermentasi terlebih dahulu.
Salah satu senyawa utama dalam teh yang dapat memberikan efek
kesegaran adalah kafein. Batas maksimum mengkonsumsi kafein menurut
keputusan BPOM adalah sebesar 150 mg/hari yang terbagi paling sedikit menjadi
tiga dosis. Apabila kafein dikonsumsi dalam jumlah yang tepat maka efeknya dalam
meningkatkan kesegaran tubuh akan diperoleh secara langsung, namun sebaliknya
jika berlebihan justru dapat membahayakan tubuh seperti percepatan denyut
jantung, cemas, bahkan insomnia. Berdasarkan efek samping jika dikonsumsi
berlebihan, maka penting untuk dilakukan penentuan kadar kafein dari produkproduk
teh yang beredar di pasaran.
Pada penelitian ini penentuan kadar kafein dilakukan menggunakan metode
NIR-Kemometrik. Spektroskopi NIR banyak digunakan di dunia analisis pangan
karena bersifat non destruktif dan efisien dalam penggunaannya, tetapi spektrum
yang dihasilkannya cukup kompleks sehingga dibutuhkan teknik yang dapat
memecahkan permasalahan tersebut yang dikenal dengan istilah kemometrik.
Tujuan dilakukan penentuan kadar kafein pada sampel teh yaitu untuk mengetahui
apakah metode NIR-Kemometrik dapat digunakan untuk menentukan kandungan
kafein teh serta apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kafein yang
didapat dari metode KLT-Densitometri dibandingkan hasil prediksi NIR.
Kadar kafein pada sampel teh ditentukan menggunakan metode KLTDensitometri
sebagai metode pembanding, kemudian sampel-sampel tersebut
discan menggunakan Spektroskopi NIR untuk mendapatkan data spektrum. Model
kalibrasi dibentuk dengan menggunakan kemometrik (PLS, PCR, dan SVR)
kemudian dipilih model yang memiliki kriteria terbaik. Model kalibrasi yang
terpilih kemudian divalidasi menggunakan metode validasi jenis Leave One Out
Cross Validation dan 2-Fold Cross validation.
Berdasarkan hasil penelitian maka model kalibrasi terbaik yang didapatkan
adalah jenis PLS dengan nilai R2 sebesar 0,9579185 dan RMSE sebesar 0,0698975.
Model tersebut divalidasi dengan metode Leave One Out Cross Validation dengan
cara mengeluarkan sampel BD, JWG, XNO, dan SM secara bergantian, kemudian
menggunakan data yang tersisa sebagai training set, sedangkan validasi jenis 2-
Fold Cross validation dilakukan dengan menggunakan empat sampel test set untuk
memvalidasi model. Hasil dari kedua validasi memenuhi parameter R2
(korelasi)>0,91 serta nilai RMSE (penyimpangan) yang kecil.
Penerapan model PLS dilakukan pada tiga sampel nyata. Uji normalitas
sebelumnya dibutuhkan untuk melihat distribusi data, dan hasilnya menunjukkan
bahwa nilai nilai probabilitas >0,05 maka data yang akan dianalisis telah
terdistribusi secara normal, kemudian dapat dilanjutkan Uji T Dua Sampel
Berpasangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai signifiikansi yang dihasilkan
sebesar 0,122 (>0,05) sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kadar kafein hasil KLT-Densitometri dengan hasil prediksi NIR.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]