Daya Antibakteri Ekstrak Buah Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Porphyromonas gingivalis
Abstract
Penyakit periodontal merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan
mulut yang sering dijumpai di masyarakat Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar pada tahun 2013, dari 722.329 responden yang diperiksa terdapat 95,21%
atau 687.751 orang memiliki periodontal tidak sehat. Periodontitis merupakan salah
satu klasifikasi dari penyakit periodontal dimana terjadi respon host terhadap
akumulasi plak yang melekat di permukaan gigi dan gingiva pada dentogingival
junction yang mengandung berbagai mikroorganisme. Prevalensi Porphyromonas
gingivalis (P. gingivalis) pada periodontitis kronis mencapai 53,8%.
Pengendalian plak dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.
Kontrol plak secara mekanik yaitu dengan cara menyikat gigi dan flossing. Untuk
kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur.
Klorheksidin merupakan obat kumur sering digunakan, namun memiliki efek
meninggalkan noda kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah
yang sulit untuk dibersihkan. Saat ini telah banyak dikembangkan obat kumur
dengan bahan dasar tanaman obat yang diyakini mempunyai khasiat antibakteri
dengan efek samping minimal. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai
obat tradisional adalah tanaman kersen.
Manfaat kersen sebagai obat dapat dilihat dari kandungan kimia buah
kersen. Analisis fitokimia, ekstrak buah kersen mengandung senyawa saponin,
fenol, steroid triterpenoid, dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh ekstrak buah kersen (Muntingia calabura L.) terhadap P. gingivalis dan
mengetahui konsentrasi minimal ekstrak buah kersen (Muntingia calabura L.)
dalam menghambat pertumbuhan P. gingivalis.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan
penelitian post-test only control group design. Penelitian ini menggunakan metode
difusi sumuran yang terdiri dari 7 kelompok penelitian (2 kelompok kontrol dan 5
kelompok perlakuan) dengan jumlah sampel pada adalah 4 buah untuk setiap
kelompok. Pada kelompok perlakuan terdiri dari konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%,
50% dan 100%. Pada kelompok kontrol terdiri dari kontrol positif (klorheksidin
0,25) dan kontrol negatif (aquades steril). Bahan dari setiap kelompok sebanyak 20
µl dimasukkan ke dalam lubang sumuran dengan diameter 5 mm yang dibuat di
media BHI-A yang telah diinokulasi P. gingivalis. Seluruh petridish yang sudah
diberi perlakuan dimasukkan ke dalam desicator untuk mendapat suasana fakultatif
anaerob dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan
pengukuran diameter zona hambat menggunakan jangka sorong digital.
Data hasil penelitian diameter zona hambat menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi, luas zona hambat yang dihasilkan semakin besar. Data penelitiaan ini
menunjukkan data terdistribusi tidak normal, namun homogen. Hasil uji KruskalWallis menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada seluruh kelompok
penelitian dan pada uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan bermakna
antar kelompok penelitian.
Ekstrak buah kersen konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%
memiliki daya antibakteri terhadap P. gingivalis. Hasil ini mengindikasikan bahwa
ekstrak buah kersen nantinya mempunyai kemungkinan dijadikan bahan alternatif
untuk pencegahan infeksi yang disebabkan oleh P. gingivalis. Daya antibakteri
terkecil ekstrak buah kersen dari konsentrasi yang ditentukan yaitu konsentrasi
6,25%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]