Daya Hambat Ekstrak Daun Kakao (Theobroma Cacao L.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans
Abstract
Candida albicans merupakan salah satu jamur yang dapat ditemukan di
rongga mulut. C. albicans adalah jamur komensal yang normal terdapat di
mukosa rongga mulut pada individu yang sehat (Akpan, 2002). Jamur ini
jumlahnya mencapai 40-80% dari populasi mikroorganisme di rongga mulut
(Grenbeerg et al,. 2008). Walaupun demikian C. albicans dapat menjadi patogen
dalam kondisi tertentu sehingga menimbulkan infeksi yang disebut dengan
kandidiasis. Pengobatan kandidiasis dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah
satunya adalah dengan cara memanfaatkan tanaman obat yang diduga dapat
menghambat pertumbuhan jamur, memiliki efek samping minimal dan mudah
didapatkan di lingkungan sekitar.
Daun Kakao merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki khasiat
terapi. Pada daun kakao terdapat beberapa senyawa aktif berupa kafein, flavonoid
dan alkaloid yang diduga memiliki aktivitas antijamur. Pada penelitian ini
menggunakan metode maserasi dikarenakan metode ekstraksi yang sederhana.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian experimental laboratories in
vitro dengan rancangan penelitian the post-test only control group design yang
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan dilaksanakan pada bulan September 2018. Sampel berjumlah 6 untuk
setiap kelompok penelitian. Terdapat 6 kelompok penelitian, yaitu ekstrak daun
kakao konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, nistatin sebagai kontrol positif, dan
aquades sebagai kontrol negatif. Pada masing-masing kelompok tersebut
diberikan sebanyak 20 μL pada paper disk dengan diameter 5 mm pada 4
petridish yang berisi media SDA yang telah diinokulasi dengan C. albicans.
Semua petridish tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
Setelah 24 jam, kemudian dilakukan pengukuran diameter zona inhibisi di sekitar
paper disk menggunakan jangka sorong.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter zona hambat terhadap
pertumbuhan C. albicans berturut-turut yang paling besar adalah kontrol positif
(K+) yaitu sebesar 13,92 mm, kelompok EDK 100% yaitu sebesar 7,98 mm.
Kelompok EDK 75 yaitu sebesar 6,30 mm dan kelompok EDK 50, kelompok
EDK 25, kontrol negatif (K-) yaitu sebesar 0,00 mm. Pada kelompok EDK 100
dan kelompok EDK 75 hasil tersebut sesuai dengan pendapat Pelzcer dan Chan
(1998) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antijamur
maka aktivitas antijamur juga akan semakin kuat. Sedangkan pada kelompok
EDK 50 dan kelompok EDK 25 kemungkinan kemampuan difusi yang rendah
disebabkan oleh terlalu banyaknya kandungan aquadest pada ekstrak sehingga
menyebabkan senyawa aktif pada ekstrak tidak dapat berdifusi maksimal ke
dalam medium yang mengandung inokulum (Dewi, 2010).
Data hasil penelitian kemudian ditabulasi dan dianalisis secara statistik.
Data dianalisis dengan uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis. Hasil uji
statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pada seluruh kelompok penelitian ditandai dengan nilai signifikansi (p < 0,05),
yaitu 0,000. Uji hasil penelitian kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok
penelitian. Hasil uji Mann-Whitney antar kelompok penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok penelitian EDK 100,
EDK 75, EDK 50, EDK 25, K(+) dan K(-) ditandai dengan nilai (p<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa
ekstrak daun kakao memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan C. albicans
dan kelompok EDK 100 merupakan konsentrasi optimal dari ekstrak daun kakao
dalam menghambat pertumbuhan C. albicans yang dimungkinkan karena adanya
senyawa yang terdapat dalam ekstrak daun kakao berupa kafein, flavonoid dan
alkaloid.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]