Tingkat Keparahan Kandidiasis Oral pada Tikus Penderita Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Diabetes Gestasional
Abstract
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
di dalam darah (hiperglikemia). Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi 4
kelompok, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes tipe lain, serta diabetes
kehamilan (diabetes gestasional). Salah satu komplikasi yang sering dialami oleh
penderita diabetes mellitus yakni kandidiasis oral. Kandidiasis oral merupakan
salah satu bentuk infeksi oportunistik, yaitu infeksi yang terjadi karena ada
kesempatan untuk muncul pada kondisi-kondisi terutama saat tubuh mengalami
penurunan daya tahan tubuh. Penyebab lesi ini salah satunya yaitu jamur Candida
albicans. Candida albicans merupakan jamur yang menyebabkan infeksi
opurtunistik pada manusia, sehingga pada keadaan tertentu, misalnya pada
penderita diabetes pertumbuhannya menjadi berlebihan dan dapat menginfeksi.
Kandidiasis oral ini muncul karena penderita diabetes mellitus mengalami
peningkatan kadar gula dalam saliva, darah dan urin, terjadi penurunan sekresi
saliva (xerostomia), mengalami kelainan fungsi sel pertahanan utama yaitu sel
limfosit T sehingga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Pada penderita
diabetes gestasional juga mengalami peningkatan kadar hormon estrogen yang
menyebabkan tingginya kadar glikogen, sehingga tersedia sumber karbon yang
cukup untuk pertumbuhan Candida albicans. Tingginya hormon estrogen secara
langsung juga bisa meningkatkan virulensi jamur. Peneliti ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat keparahan kandidiasis oral pada tikus penderita diabetes
mellitus tipe 1 dan diabetes gestasional.
Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan rancangan
penelitian the post test only control group. Tikus wistar yang digunakan pada
penelitian ini yaitu Rattus norvegicus, berjenis kelamin betina normal dengan berat
badan 150-300 gram. Penelitian dilakukan secara in vivo menggunakan tikus wistar
betina yang dibagi menjadi 3 kelompok (masing-masing 4 ekor) yang terdiri dari 2
kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan yaitu tikus
bunting dan tidak bunting diinduksi streptozotocin (STZ), selanjutnya dipapar oleh
Candida albicans. Kelompok kontrol adalah tikus tidak bunting yang dipapar oleh
Candida albicans tanpa diinduksi streptozotocin (STZ). Kadar glukosa darah
(KGD) tikus diukur menggunakan glukometer, sebelum induksi STZ. Induksi STZ
dilakukan dengan dosis 40 mg/kg BB dilarutkan dalam 50 mg/ml larutan buffer
asam sitrat 0,1 M dengan pH 4,5 dan diinduksi secara intraperitoneal. Pada hari ke1 paska injeksi STZ jika KGD ≥ 120 mg/dL dilanjutkan dengan pemaparan Candida
albicans selama 3 hari berturut-turut pada vestibulum bukalis diantara distal insisiv
dan mesial molar 1 rahang atas sebanyak 0,2 ml. Pengamatan dilakukan pada hari
ke-3 setelah pemaparan Candida albicans terakhir, dilanjutkan dengan uji germ
tube untuk mengidentifikasi Candida albicans dan pembiakan pada media
Saboraud Dextrose Agar (SDA), setelah itu dilakukan penghitungan koloni
Candida albicans.
Hasil penelitian pada pengamatan hasil swab menunjukkan bahwa pada
semua kelompok sampel terdapat spora dan beberapa sampel yang tidak
menunjukkan adanya hifa. Hasil yang didapatkan dari skoring kuantitas hifa yaitu
kelompok kontrol dapat dikategorikan sebagai kelompok normal dikarenakan tidak
adanya hifa (-), kelompok perlakuan 1 dikategorikan sebagai penderita kandidiasis
oral ringan karena hifa tidak padat (+1) dan kelompok perlakuan 2 dikategorikan
sebagai penderita kandidiasis oral berat karena hifa padat (+2). Terakhir hasil yang
didapat pada penghitungan spora (koloni Candida albicans) di media SDA
menunjukkan bahwa semua kelompok sampel mempunyai resiko mengalami
kandidiasis oral karena jumlah spora >400 CFU/ml. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tikus penderita DMG mengalami kandidiasis oral yang lebih
parah dibandingkan tikus penderita DM 1.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]