Potensi Ekstrak Etanol Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Penghambatan Firing Tubul Nematosista Racun Ubur-Ubur (Physalia utriculus) Secara In Vitro
Abstract
Diperkirakan 150 juta kasus envenomasi akibat sengatan ubur-ubur terjadi setiap tahun secara global. Envenomasi ubur-ubur terjadi akibat proses firing tubul nematosista. Firing tubul berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sebagai mekanisme pertahanan diri. Kendati firing tubul nematosista merupakan reaksi fisiologis yang menguntungkan bagi ubur-ubur, sengatan yang diakibatkan menjadi suatu permasalahan penting dalam bidang toksikologi karena merugikan manusia. Firing tubul spesies Physalia utriculus perlu diwaspadai karena dapat menembus lapisan integumen hanya dalam waktu 3 mili detik sehingga menyebabkan gangguan sistemik secara cepat dan tiba-tiba dengan berbagai tingkat keparahan berupa rasa gatal, hemolisis, sitolisis, neurotoksik, kardiotoksik, bahkan hingga berefek letal. Pelbagai cara penanggulangan telah dilakukan sedari onset pertama sengatan dengan harapan dapat menyelamatkan kehidupan dan mencegah suatu keparahan melalui pemberian asam asetat (cuka), etanol, natrium bikarbonat, alumunium sulfat, air hangat, air dingin, air laut, bahkan urin. Dekade ini penelitian obat berbasis bahan herbal kian dikembangkan. Salah satu tumbuhan yang dikenal dan terbukti memiliki banyak khasiat di bidang kesehatan ialah kakao (Theobroma cacao L.). Kakao, terutama bijinya, memiliki persentase kandungan fitokimia yang melimpah apabila dibandingkan dengan komponen lainnya. Meskipun memiliki banyak kandungan fitokimia, hanya senyawa polifenol (procyanidins, (─)-epicatechin, catechins) dan asam organik yang diduga dapat memengaruhi mekanisme firing tubul nematosista.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui potensi ekstrak etanol biji kakao (T. cacao L.) terhadap penghambatan firing tubul nematosista racun ubur-ubur (P. utriculus) secara in vitro. Manfaat keilmuan penelitian ini ialah dapat dijadikan sebagai landasan teori dan dasar pengembangan penelitian selanjutnya khususnya bidang toksikologi. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi dokter dalam memberikan pertolongan pertama pada kasus senagatan P. utriculus.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019 di Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi Hasil Pangan Politeknik Negeri Jember dan Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Rancangan penelitian yang digunakan ialah post test only control group design. Sampel terdiri atas 32 preparat racun ubur-ubur berkonsentrasi 100 mg/ml yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol normal, 1 kelompok kontrol positif, 1 kelompok kontrol negatif, dan 5 kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol biji kakao (Theobroma cacao L.) berturut-turut berkonsentrasi 20%, 2%, 0,2%, 0,02%, dan 0,002%. Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase jumlah nematosista yang mengalami firing yang gambarnya telah dikalibrasi menggunakan aplikasi AmScope.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata persentase firing pada kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol biji kakao 20%, 2%, 0,2%, 0,02%, 0,002% berturut-turut ialah 48,24 ± 5,37; 40,62 ± 7,10; 29,45 ± 5,39; 37,60 ± 9,78; 41,11 ± 3,92. Rata-rata persentase firing pada kelompok kontrol negatif sebesar 52,44 ± 2,98 dan kelompok kontrol positif sebesar 37,97 ± 5,57. Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen. Analisis One Way Annova menujukkan nilai signifikansi 0,001 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna pada ≥2 kelompok, kemudian dilakukan uji analisis Post Hoc Bonferoni untuk mengetahui perbedaan signifikansi pada masing-masing kelompok. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 0,2% paling berpotensi menghambat firing tubul nematosista racun ubur-ubur (Physalia utriculus) secara in vitro
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]