Angka Kejadian Sindrom Stevens Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik di RSD Dr. Soebandi Jember
Abstract
Sindrom Stevens Johnson (SSJ) dan nekrolisis epidermal toksik (NET)
merupakan sebuah kegawatdaruratan kulit yang biasanya ditandai dengan adanya
nekrosis dan pengelupasan epidermis. Sebuah penelitian di Singapura (2012)
menyatakan bahwa diperkirakan angka kematian SSJ umumnya di bawah 5% dan
hampir mencapai 30% untuk NET. Sedangkan di Indonesia sendiri angka
kematian SSJ ialah 5-15%. Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal
toksik jarang ditemui, namun kedua penyakit ini memiliki dampak yang
signifikan untuk kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara usia dengan angka kejadian sindrom Stevens-
Johnson dan nekrolisis epidermal toksik di RSD dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain
penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis rawat
inap RSD dr.Soebandi Jember. Populasi penelitian ini ialah seluru pasien yang
terdiagnosis SSJ dan NET yang dirawat inap di RSD dr. Soebandi Jember periode
1 Januari 2015-31 Desember 2018 dengan teknik pengambil sampel berupa total
sampling. Populasi pada penelitian ini sebanyak 45 rekam medis pasien dengan
jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 28 rekam
medis pasien.
Dari penelitian ini didapatkan hasil angka kejadian SSJ dan NET di RSD
dr. Soebandi Jember paling tinggi terjadi pada tahun 2018. Data dianalisis
menggunakan uji korelasi Spearman dengan hasil p = 0519 (p-value>0,05) untuk
usia dengan angka kejadian SSJ dan p = 0,147 (p-value>0,05) untuk usia dengan
angka kejadian NET. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antar usia dengan angka kejadian SSJ dan NET di RSD dr. Soebandi
Jember.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]