dc.description.abstract | Ketombe adalah keadaan di mana terjadi pengelupasan lapisan tanduk
secara berlebih pada kulit kepala dan membentuk sisik-sisik yang halus (Malonda
dkk., 2017) .Ketombe muncul berupa rasa gatal yang disebabkan oleh infeksi
jamur dengan skuam berwarna putih abu-abu dalam jumlah banyak yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kenyamanan dalam beraktivitas (Budiman dkk.,
2015). Jamur Candida albicans merupakan jamur yang dapat menyebabkan
ketombe sebesar 50%, diikuti dengan 24% Aspergillus niger, 16% Cryptococcus
spp dan 10% Penicillum spp. dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan
oleh Roselin, (2015) pada sampel ketombe yang diambil dari 50 relawan dengan
rentang usia mulai dari 18 tahun hingga 25 tahun dan diketahui bahwa Candida
albicans merupakan jamur utama penyebab ketombe.
Ketombe dapat diobati dengan sampo antiketombe, namun penggunaan
zat antiketombe kimia dalam sampo dapat menyebabkan beberapa efek samping.
Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan agen antiketombe alam seperti minyak
atsiri yang diambil dari tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle)
yang kemudian diformulasikan menjadi sampo antiketombe. Digunakan minyak
sereh wangi karena mengandung sitronelal yang mempunyai aktivitas antijamur
terhadap Candida albicans. Minyak sereh wangi diambil menggunakan metode
destilasi uap, untuk menentukan kualitas minyak sereh wangi hasil destilasi maka
dilakukan beberapa pengujian diantaranya yaitu indeks bias, bobot jenis dan
kandungan sitronelal minyak. Dilakukan pengujian KHM (Konsentrasi Hambat
Minimum) sampo untuk mengetahui konsentrasi terendah dari sampo yang masih
dapat menghambat pertumbuhan Candida albucans.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah true experimental laboratories.
Pada uji KHM dilakukan dengan metode difusi sumuran, digunakan sampo
dengan konsentrasi minyak 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%, kontrol negatif yaitu basis
sampo tanpa minyak sereh wangi (F0) dan sampel antiketombe yaitu sampo
antiketombe yang beredar di pasaran. Didapatkan KHM sampo terhadap Candida
albicans yaitu sebesar sampo dengan konsentrasi minyak 2%. Kemudian dibuat
sampo dengan konsentrasi minyak sereh sebesar 4% (F1), 6% (F2), dan 8% (F3)
untuk uji aktivitas antijamur serta uji sifat fisika kimia sampo yang meliputi uji
organoleptis, pH, viskositas, dan tinggi busa. Data organoleptis dan KHM
dianalisis secara deskriptif. Data viskositas, tinggi busa dan pH dianalisis secara
statistik dengan metode Oneway ANOVA untuk mengetahui perbedaan bermakna
antar kelompok.
Hasil pengujian organoleptis menunjukkan bahwa konsentrasi minyak
sereh wangi dapat mempengaruhi warna, bau, dan bentuk sampo. Pada uji
viskositas, pH dan tinggi busa diketahui bahwa semakin besar konsentrasi minyak
sereh wangi maka semakin rendah viskositas, pH dan tinggi busa sediaan sampo.
Uji aktivitas antijamur sampo menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
minyak sereh wangi dalam sampo maka semakin besar pula aktivitas antijamur
yang dihasilkan. Diameter hambat sampo F0 < F1 < F2 < F3. Hasil uji Oneway
ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan pada data viskositas, pH, dan
tinggi busa antara F0, F1, F2 dan F3. Hasil uji Oneway ANOVA menunjukkan
adanya perbedaan bermakna pada aktivitas antijamur semua sampo yang meliputi
F0, F1, F2, F3 dan sampo sampel (S). | en_US |