Pengaruh Penambahan Fruktosa dan Asam Butirat Dalam Produksi Listrik Menggunakan Metode Single Chamber Microbial Fuel Cell
Abstract
Microbial fuel cell (MFC) merupakan teknologi terbarukan yang ramah lingkungan dari proses degradasi bahan organik maupun anorganik dengan bantuan mikroorganisme sebagai katalis sehingga menghasilkan energi listrik (Logan, 2008). Mikroorganisme yang sering digunakan dalam MFC dapat berupa mikroorganisme yang bersifat aerob, anaerob fakultatif dan anaerob obligat (Kim et al., 2006). MFC terdiri atas komponen yang sama dengan fuel cell yaitu anoda, katoda, sirkuit listrik dan membrane (elektrolit) (Idham, dkk., 2009). Kinerja MFC dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sensitifitas dari komponen-komponen MFC (anoda, katoda, dan PEM), jenis dan jumlah kultur mikroorganisme dalam MFC, serta desain MFC (Sengodon et al., 2012).
Prinsip kerja dari MFC dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis pada proses degradasi materi organik maupun anorganik di medium anoda sehingga menghasilkan energi listrik yang berasal dari perbedaan (selisih) beda potensial listrik antara kedua elektroda dan menyebabkan elektron dapat mengalir dari anoda ke katoda melalui sirkuit eksternal (Novitasari, 2011).
Substrat merupakan faktor kunci pada produksi listrik yang efisien dalam sistem Microbial Fuel Cell. Jenis substrat yang digunakan merupakan senyawa organik yang dapat membantu pertumbuhan dari mikroba aktif (Das dan Mangwani., 2010). Tanah organik dengan variasi jenis substrat yang digunakan pada penelitian ini adalah fruktosa dan asam butirat. Variasi fruktosa sebesar 0.1 M, 0.3 M dan 0.5 M. Sedangkan variasai jenis substrat yang digunakan adalah asam butirat sebesar 600 mg/L, 800 mg/L dan 1000 mg/L serta adanya perlakuan terhadap tanah organik tanpa penambahan substrat yang digunakan sebagai kontrol