dc.description.abstract | Karbamat adalah insektisida dengan mekanisme kerja menghambat enzim
asetilkolinestrase (AChE). Karbamat berpotensi membahayakan kesehatan
manusia karena sifatnya yang sangat mudah diabsorbsi oleh tubuh. Selain itu, sifat
lipofilik dari karbamat sangat mempermudah interaksinya dengan membran sel
dan menyebabkan gangguan pada sebagian besar organ visceral manusia,
terutama hati sebagai organ metabolisme berbagai bahan kimia yang masuk ke
dalam tubuh.
Hambatan terhadap AChE akan menyebabkan pembentukan radikal bebas
yang berlebihan dalam tubuh sehingga menimbulkan stres oksidatif dan
menyebabkan peroksidasi lipid pada sel-sel tubuh, termasuk sel hepatosit pada
hati. Penelitian mengenai perubahan aktivitas detoksifikasi pada hati akibat
paparan zat xenobiotik selama kehamilan menyebabkan penurunan sitokrom P450
1A2 (CYP1A2), hal tersebut juga akan menyebabkan peningkatan radikal bebas
dan dapat merusak sel hati. Maka dari itu dibutuhkan suatu hepatoprotektor untuk
mencegah kerusakan yang lebih parah. Air kelapa menurut penelitian Barlina
(2004) memiliki kandungan antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas
dalam tubuh. Sementara menurut penelitian Roncales et al. tahun 2004 asam folat
dapat mendorong terjadinya perbaikan morfologi dari sel hati, air kelapa dan asam
folat memiliki potensi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada hati.
Jenis penelitian ini merupakan true experimental dengan rancangan post
test only control group design. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu
simple random sampling dengan jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus
Federer. Hewan coba penelitian ini menggunakan tikus wistar betina hamil (Rattus
novergicus) yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok secara acak. Kelompokkelompok tersebut adalah kelompok kontrol normal (K) yang hanya diberi
akuades selama 14 hari, kelompok perlakuan yang diberi karbamat 10 mg/kgBB
selama 14 hari (P1), kelompok perlakuan yang diberi karbamat 10 mg/kgBB dan
air kelapa secara ad libitum yang diberikan selama 14 hari (P2), serta kelompok
perlakuan yang diberi karbamat 10 mg/kgBB dan asam folat (P3). Pemberian
karbamat dan asam folat dilakukan per oral menggunakan sonde lambung,
sementara air kelapa diberikan secara ad libitum.
Pada akhir penelitian tikus dikorbankan dan diambil seluruh organ hatinya.
Selanjutnya dilakukan pembuatan preparat histologi dari organ hati tersebut
dengan pewarnaan HE, kemudian diperiksa menggunakan mikroskop cahaya
dengan pembesaran 400x. Data yang didapat berupa nilai skoring histopatologi
hati dalam bentuk data rasio. Data rata-rata skoring histopatologi hati dan standar
deviasi tiap kelompok ialah kontrol normal (K) 1,0 + 0,020; kelompok perlakuan
1 (P1) 2,8 + 0,207; kelompok perlakuan 2 (P2) 2,8 + 0,194; kelompok perlakuan 3 (P3) 2,6 + 0,257. Hasil skoring histopatologi hati selanjutnya dilakukan analisis
data menggunakan One Way ANOVA dan dilanjutkan uji Post Hoc LSD. Hasil uji
One Way ANOVA menunjukan adanya perbedaan yang signifikan minimal pada
dua kelompok yang dibandingkan (p < 0,05). Hasil uji Post hoc LSD menunjukan
bahwa kelompok yang mendapatkan dosis karbamat 10 mg/kgBB memiliki
gambaran histopatologi yang mengalami kerusakan, terdapat perbedaan signifikan
dengan kelompok K dan P3 (p < 0,05), akan tetapi tidak terdapat perbedaan
signifikan ketika dibandingkan dengan kelompok P2 (p=0,826), hal tersebut
menunjukkan pemberian air kelapa tidak terbukti dapat mencegah terjadinya
kerusakan sel hati. Pada kelompok P3 terdapat perbedaan signifikan ketika
dibandingkan dengan semua kelompok (p < 0,05), menunjukkan pemberian asam
folat dapat mencegah kerusakan sel hati, dibandingkan dengan perlakuan
pemberian air kelapa. Melalui uji analisis data yang dilakukan pada penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa air kelapa (Cocos nucifera L.) tidak terbukti dapat
mencegah terjadinya kerusakan pada hati tikus yang diinduksi karbamat,
sementara pemberian asam folat dapat mencegah kerusakan sel hati, ditinjau dari
gambaran histopatologi. | en_US |