dc.description.abstract | Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat terganggunya metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Penyakit diabetes melitus menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat dunia, dan menurut International Diabetes
Federation (IDF), lebih dari 371 juta orang menderita diabetes melitus dengan
prevalensi 8,3%.
Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit tahun 2012, kasus penyakit
terbanyak untuk pasien rawat jalan di rumah sakit umum pemerintah tipe B dan
tipe C di Provinsi Jawa Timur masih didominasi oleh penyakit diabetes melitus
dengan jumlah kasus 102.399 kasus di rumah sakit umum pemerintah tipe B dan
35.028 kasus di rumah sakit umum pemerintah tipe C. Tujuan penatalaksanaan
diabetes melitus termasuk pada kasus diabetes melitus tipe 2 secara umum adalah
meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes, yang meliputi tujuan jangka
pendek, tujuan jangka panjang, dan tujuan akhir pengelolaan.
Keberhasilan terapi diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003, ratarata kepatuhan pasien untuk terapi jangka panjang pada penyakit kronis di negara
maju mencapai 50%, sedangkan di negara berkembang lebih rendah. Rendahnya
tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni karakteristik pengobatan dan penyakit (kompleksitas
terapi, lama penyakit dan cara pemberian pelayanan), faktor intrapersonal (usia,
jenis kelamin, menghargai diri sendiri, disiplin diri, stres, depresi dan penggunaan
alkohol), faktor interpersonal (kualitas hubungan pasien dengan penyedia layanan
kesehatan dan dukungan keluarga), serta faktor lingkungan (sistem lingkungan
dan situasi berisiko tinggi).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan
obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.
Haryoto Lumajang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner
kepatuhan Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8). Sebelum
melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas yang
dilakukan dengan pemberian kuesioner disertai tatap muka dan pendampingan
tentang kuesioner tersebut kepada pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat
Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang sejumlah 30 orang.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 100 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probability sampling yaitu menggunakan purposive sampling Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien diabetes melitus
tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang didominasi oleh
pasien berusia <60 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Ditinjau dari
karakteristik pendidikan dan pekerjaan, didominasi oleh pendidikan terakhir SMA
dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar pasien tidak memiliki
keluarga yang bekerja di bidang kesehatan. Umumnya pasien yang melakukan
pengobatan berstatus sebagai pasien JKN dan mengalami komplikasi seperti
hipertensi, gangguan pada jantung, dan dislipidemia. Selain itu, pada penelitian ini
juga didominasi oleh pasien yang menjalani pengobatan antidiabetik kombinasi
dengan lama pengobatan <5 tahun.
Tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Haryoto Lumajang sebanyak 60% memiliki
tingkat kepatuhan tinggi, 34% memiliki tingkat kepatuhan sedang, dan sisanya 6%
pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah. Berdasarkan hasil penelitian, faktor
jenis pengobatan (p=0,030) dan lama pengobatan (p=0,009) secara signifikan
berhubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan obat. Sementara faktor jenis
kelamin (p=0,334), usia (p=1,000), pendidikan (p=0,779), pekerjaan (p=0,173),
keluarga kesehatan (p=0,704), status pasien (0,359) dan komplikasi (1,000)
secara signifikan tidak berhubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan obat.
Pasien yang menjalani pengobatan monoterapi (satu jenis obat) akan lebih
mudah untuk mengingat menggunakan obat karena hanya satu jenis obat,
dibandingkan dengan pasien yang menjalani pengobatan kombinasi (dua jenis
obat atau lebih) yang membutuhkan semangat yang tinggi dari pasien untuk
menggunakan obat setiap hari. Semakin lama pasien menjalani pengobatannya,
maka akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhannya karena efek samping yang
muncul sudah terjadi, pasien sudah merasa bosan, atau pasien sudah beralih ke
pengobatan alternatif sehingga jika tidak dievaluasi atau dimonitoring akan
berdampak pada tingkat kepatuhan yang akan semakin turun. | en_US |