dc.description.abstract | Pendidikan abad 21 adalah pendidikan yang menginginkan peserta didik menguasi kemahiran belajar dan inovasi, dalam hal ini pemikiran kritis. Permendikbud RI nomor 65 Tahun 2013 tentang proses pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menyebutkan bahwa untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritis secara mandiri. Terkait dengan hal ini berarti dalam segala hal pembelajaran di SMA, siswa dituntut untuk belajar dan berlatih berpikir kritis. Guru sebagai tenaga pendidik berperan penting untuk merancang pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa agar mencapai keberhasilan dalam belajar. Ada banyak strategi, metode, model yang dapat diterapkan untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa, salah satu alternatifnya adalah menggunakan model Problem-Based Learning (PBL). Problem-Based Learning menuntut siswa untuk mengumpulkan informasi berdasarkan permasalahan yang diberikan sehingga siswa dapat membangun pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru juga dapat meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran biologi dengan memilihkan metode yang tepat. Terutama dalam
materi bioteknologi, siswa tidak pernah mendapatkan pengalaman secara langsung, sehingga masih bersifat abstrak, dan materi ini dianggap sukar untuk dipahami. Sementara siswa diharapkan dapat memahami konsep bioteknologi serta menyelesaikan permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan seharisehari. Jadi, dalam materi bioteknologi dibutuhkan kemampuan berpikir kritis. Guru dapat memilih metode eksperimen untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa berupa tugas eksperimen yang dikerjakan di rumah. Melalui metode tugas eksperimen bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri jawaban atau persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri dan dapat menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang dipelajarinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh positif model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dengan metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa biologi kelas XII MIPA SMA Negeri 4 Jember tahun pelajaran 2018/2019. Keterampilan berpikir kritis diukur melalui instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis pada pre-test dan post-test yang dikerjakan oleh siswa, begitu juga dengan hasil belajar. Bedanya hanya terletak pada rubrik penilaian yang digunakan adalah berbeda antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan memakai dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) menggunakan metode tugas eksperimen, sedangkan pada kelas control menggunakan model pembelajaran konvensional-inkuiri. Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Jember dengan subjek penelitian, yaitu siswa kelas XII MIPA 5 dan XII MIPA 6. Pada penelitian ini dilakukan uji menggunakan analisis kovarian untuk mengatahui adanya pengaruh model pembelajaran yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL dengan metode eksperimen dan inkuiri (Sig = 0,000 atau < 0,05). Selain itu, hasil belajar juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan, siswa yang menggunakan model PBL dengan menggunakan metode
eksperimen dan yang menggunakan model inkuiri (Sig = 0,000 atau < 0,05). Hal ini dikarenakan di kelas eksperimen sehingga proses pembelajaran berjalan aktif dan menarik, sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) menggunakan metode tugas eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. | en_US |