“Perbandingan Efektivitas Formulasi Pedikulisida Alami Campuran Bunga Lawang dan Minyak Kelapa dengan Campuran Bunga Lawang dan Cuka secara In Vitro
Abstract
Kutu rambut atau pedikulosisxkapitis adalah infestasi ektoparasit Pediculus humanus capitis yang hidup di rambut dan kulit kepala manusia. Prevalensi pedikulosis kapitis tersebar di negara maju maupun berkembang, di Indonesia belum ada data statistik yang jelas. Adanya efek samping dan resistensi dari pedikulisida kimia diperlukan alternatif berupa pedikulisida alami. Ekstrak bunga lawang terbukti dapat membunuh 100% kutu rambut. Selain itu, minyak kelapa juga mampu membasmi kutu rambut dengan pemakaian yang teratur. Kandungan minyak kelapa, yaitu asam laurat dapat menjadi insektisida alami. Cuka juga dapat mengatasi masalah kutu rambut namun kurang efektif. Cuka dipercaya dapat meluruhkan lem yang melekatkan nit ke rambut sehingga mudah diambil. Pencampuran ini dilakukan untuk melihat apakah campuran tersebut memiliki aktivitas yang sinergis dan berefek potensiasi atau efek antagonis, selain itu pencampuran didasari karena mahalnya ekstrak bunga lawang, sehingga dengan pencampuran ini dapat meminimalkan biaya yang dibutuhkan.
Penelitian ini adalah true experimental laboratories secara in vitro dengan 2 kelompok kontrol dan 8 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol yang digunakan adalah kelompok kontrol negatif dengan aquades dan kelompok kontrol positif dengan permethrin 1%, sedangkan kelompok perlakuan yang digunakan berjumlah 8 kelompok, yaitu campuran bunga lawang dengan minyak kelapa dan campuran bunga lawang dengan cuka perbandingan 30:70, 40:60, 50:50, 60:40. Telur kutu ditempelkan pada object glass dengan selotip bolak-balik kemudian ditetesi dengan larutan sebanyak 1 mL selama 0,5; 1; atau 2 menit dan diinkubasi pada suhu ruang selama 5 hari. Pada hari ke-5, telur kutu diamati di bawah mikroskop cahaya, telur dikatakan mati bila operkulum tertutup atau terbuka dengan nimfa di dalamnya. Kutu dewasa direndam dengan larutan sebanyak 1 mL selama 0,5; 1; atau 2 menit, kemudian dibilas dengan aquades 100 mL di atas saringan. Kutu kemudian disimpan di cawan petri yang telah dialasi kertas saring basah dan diinkubasi pada suhu ruang. Mortalitas kutu dewasa diamati pada menit ke-5, 10, 60, 120, 180, 240, dan 1080. Kutu dewasa dikatakan mati bila tidak terdapat gerakan sama sekali dari kutu.
Hasil penelitian menunjukkan persentase mortalitas telur kutu tertinggi dimiliki oleh campuran bunga lawang dengan minyak kelapa perbandingan 60:40 sebesar 94,44% dan campuran bunga lawang dengan minyak kelapa perbandingan 60:40 memiliki rerata persentase mortalitas sebesar 86,67%. Hasil tersebut lebih tinggi dibanding kelompok kontrol positif permethrin 1% yang hanya memiliki persentase rerata mortalitas telur kutu sebesar 13,33%. Berdasarkan hasil analisis probit nilai Inhibitory Concentration of 50% (IC50) campuran bunga lawang dengan minyak kelapa untuk telur kutu sebesar 1,073% dan nilai IC50 dari campuran bunga lawang dengan cuka adalah 0,752%.
Hasil penelitian juga menunjukkan persentase mortalitas kutu dewasa kontrol positif sebesar 93,81% dan kontrol negatif sebesar 36,51%. Kelompok perlakuan yang memiliki rerata persentase mortalitas kutu dewasa tertinggi pada campuran bunga lawang dengan minyak kelapa perbandingan 30:70 sebesar 85,71% dan kelompok perlakuan campuran bunga lawang dengan cuka perbandingan 30:70 dengan persentase 79,05%. Berdasarkan hasil analisis probit nilai IC50 campuran bunga lawang dengan minyak kelapa untuk kutu dewasa sebesar 0,356% dan campuran bunga lawang dengan cuka adalah 0,441%.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]