Gambaran Tingkat Stres Pada Pasien Pre Operasi Katarak di Kabupaten Jember
Abstract
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis gambaran tingkat stres pasien pre operasi katarak di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif kuantitatif. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1096 responden dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden yang akan menjalani operasi katarak. Pengambilan sampel dari responden di poli mata di Rumah Sakit Balung, Rumah Sakit Bina Sehat dan Rumah Sakit Bhaladika Husada Kabupaten Jember. Teknik penelitian ini menggunakan Purposive sampling dengan pengambilan data menggunakan kuesioner DASS, terdiri dari 14 item yang telah diuji validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya dengan nilai cronbach alpha 0,890.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden 60,76 tahun, jenis kelamin responden paling banyak adalah perempuan sebanyak 54 orang (54%), riwayat operasi responden tertinggi adalah riwayat operasi pertama sebanyak 88 orang (88%) dan pendidikan terakhir responden paling banyak 79 orang (79%) yaitu SD. Dari hasil penelitian sebagian besar responden dengan tingkat stres ringan pasien pre operasi katarak sebanyak 49 orang (49%). Analisa karakteristik usia lansia akhir (56-65 tahun) mengalami stres ringan sebanyak 24 orang (24%), jenis kelamin dengan tingkat stres ringan sebanyak 30 orang (30%), riwayat operasi dengan tingkat stres ringan paling banyak operasi pertama sebanyak 44 orang (44%) dan distribusi karakteristik pendidikan terakhir SD dengan tingkat stres ringan sebanyak 44 orang (44%). Berdasarkan hasil tingkatan stres pasien pre operasi katarak tersebut menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak dapat mengendalikan stresor dengan baik dalam menghadapi tekanan. Usia berkaitan erat dengan kematangan dan pengalaman dalam mekanisme koping. Memasuki masa dewasa akhir merupakan penentuan dalam pencapaian stabilitas sosial ekonomi yang berdampak pada stres fisik dan psikis seseorang. Jenis kelamin perempuan yang paling banyak mengalami tingkat stres karena perbedaan fisiologis responden yang berbeda antara perempuan dengan laki-laki. Seseorang yang belum memiliki pengalaman operasi akan cenderung berfikiran negatif yang menimbulkan tingkat stres saat menghadapi operasi katarak karena kurangnya pengalaman dan informasi mengenai operasi katarak. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan dan informasi yang yang didapatkan. Tingkat stres yang dialami pasien dapat diakibatkan karena kurangnya informasi terkait prosedur operasi yang akan dilakukan. Kesimpulan penelitian ini adalah gambaran tingkat stres pada pasien pre operasi katarak sebagian besar mengalami tingkat stres ringan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan referensi bagi tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi mengenai penyakit katarak kepada pasien dan keluarga pasien untuk mengurangi ketegangan pada pasien yang akan menjalani operasi katarak.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]