Identifikasi Kandungan Kafein dan Warna Rgb Pada Kopi Dengan Variasi Sangrai
Abstract
Kopi bubuk berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi yang telah disangrai dan dihaluskan. Warna kopi pada umumnya coklat kehitaman, tetapi ada perbedaan tingkat warna berdasarkan lama sangrai. Penentuan warna pada kopi dilihat dari lama proses penyangraian yang membentuk rasa dan aroma biji kopi, semakin lama penyangraian maka semakin gelap warna yang terlihat dari kopi. Hasil dari variasi kopi yang disangrai diteliti kadar kafeinnya yang akan dilarutkan menggunakan pelarut kemudian absorbansinya diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui spektrum absorbansi kafein dari kopi bubuk yang diperoleh berdasarkan pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan mengetahui karakteristik sampel kopi bubuk murni pada variasi sangrai berdasarkan ekstraksi warna RGB. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jenis penyangraian (light, medium, dan dark). Masing-masing variasi warna light, medium, dan dark memiliki waktu sangrai yang berbeda berturut-turut yaitu 6,3 menit; 7,3 menit; dan 8,3 menit pada suhu 150℃. Proses penyangraian diakhiri ketika kopi sudah mencapai derajat sangrai tertentu. Hal ini ditandai dengan adanya bunyi letupan pada biji kopi, dalam hal ini letupan tersebut ada dua tahap yakni letupan pertama (first crack) yang menandakan bahwa biji kopi sangrai mulai memasuki tingkat sangrai light. Dan letupan kedua (second crack) menandakan bahwa kopi sangrai sudah memasuki tipe sangrai dark. Jarak antara letupan pertama (first crack) dengan letupan kedua (second crack) menandakan bahwa kopi sangrai sudah memasuki tipe sangrai medium. Pengukuran nilai absorbansi kafein dilakukan pada rentang panjang gelombang serapan 250-350 nm dan diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 273 nm. Data pengukuran absorbansi kopi bubuk kemudian di visualisasikan ke dalam grafik hubungan absorbansi maksimum terhadap kadar kafein. Sedangkan pada penelitian penentuan warna dilakukan dengan ekstraksi RGB menggunakan kamera handphone kemudian dianalisis menggunakan software MATLAB2014a. Sampel kopi Arabika berdasarkan variasi sangrai light, medium, dan dark didapatkan absorbansi berturut-turut sebesar 0,743; 0,451; dan 0,359. Sedangkan pada sampel kopi Robusta berdasarkan variasi sangrai light, medium, dan dark didapatkan absorbansi berturut-turut sebesar 0,834; 0,616; dan 0,490. Kadar kafein kopi Arabika dan Robusta pada variasi sangrai (light, medium, dan dark) berbanding lurus dengan nilai absorbansi maksimum. Semakin tinggi kadar kafein maka semakin besar nilai absorbansi maksimumnya dan sebaliknya semakin rendah kadar kafein maka semakin kecil nilai absorbansi maksimumnya. Berdasarkan enam sampel kopi bubuk murni, seluruhnya memenuhi standar FDA. Sedangkan kopi jenis Arabika dan Robusta dengan variasi sangrai light, melebihi
ambang batas maksimum yang ditetapkan SNI sebesar 150 mg/hari. Karakteristik sampel kopi bubuk murni pada variasi sangrai berdasarkan ekstraksi warna RGB mengalami penurunan berdasarkan tingkat sangrai. Terdapat penurunan nilai indeks warna R dan indeks warna G seiring dengan meningkatnya waktu sangrai. Sedangkan nilai indeks warna B pada kopi Arabika mengalami kenaikan nilai seiring meningkatnya waktu sangrai. Hal ini berkebalikan dengan indeks warna B kopi Robusta yang mengalami penurunan nilai seiring meningkatnya waktu sangrai