Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Edamame (Glycine Max (L) Merril) terhadap Bakteri E. Coli
Abstract
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan dunia, baik di negara maju maupun berkembang, salah satunya Indonesia. Salah satu penyebab infeksi pada manusia adalah bakteri Escherichia coli. Escherichia coli adalah bakteri berbentuk batang, merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerob fakultatif dan diklasifikasikan anggota keluarga dari Enterobacteriaceae dari kelas Gammaproteobacteria. Bakteri ini tumbuh sebagai flora normal di usus manusia dan mempunyai banyak peran penting. Namun bakteri ini dapat menjadi patogen bila jumlah di saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Namun seiring perkembangan zaman, bakteri E.coli mengalami resistensi terhadap beberapa antibiotik. Sehingga dibutuhkan alternatif baru. Salah satu alternatif yang dapat berpotensi menjadi antibakteri baru adalah edamame.
Edamame merupakan komoditas asli kacang kedelai yang berasal dari Jepang, Terdapat zat antibakteri golongan isoflavon yang terkandung dalam edamame. Genistein merupakan isoflavon utama pada kedelai edamame yang memiliki efek anti inflamasi, antibakteri, dan antioksidan. Genistein, yang merupakan isoflavon kedelai radioprotektif dan inhibitor protein kinase, menghambat dari invasi bakteri patogen pada sel epitel mamalia. Genistein menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Klibsiella pneumoniae pada percobaan secara in vitro.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian true experimental design. Penelitian ini menggunakan rancangan post test only control group design. Sampel penelitian yakni bakteri E.coli yang didapatkan dari stok kultur di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Total sampel utnuk semua kelompok berjumlah 25 terbagi pada lima kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol positif, kelompok kedua sebagai kontrol negatif, dan sisanya yaitu K1, K2, K3 menjadi kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol biji edamame. Semua kelompok diberi perlakuan penanaman bakteri E.coli pada media MHA, lalu kelompok kontrol positif diberi perlakuan dengan pemberian antibiotik kotrimoksazol, sedangkan kelompok negative dilakukan pemberian DMSO 10%. Pada kelompok perlakuan K1, K2, dan K3
diberi perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol biji edamame konsentrasi bertingkat dari 100 mg/ml, 200 mg/ml, dan 400 mg/ml. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam dan diamati hasilnya.
Hasil rata-rata dan standar deviasi dari diameter zona hambat pada media MHA masing-masing kelompok didapatkan kelompok K(+) 17,820 ± 0,68, kelompok K(-) 0,0 ± 0,0, kelompok K1 0,260 ± 0,89, kelompok K2 0,300 ± 0,707, kelompok K3 0,360± 0,114. Setelah itu dilakukan uji normalitas pada hasil ratarata tersebut menggunakan metode Shapiro-Wilk dan dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene’s Test. Pada uji normalitas didapatkan p>0,05 dan pada uji homogenitas didapatkan p<0,05 yang berarti data tersebut normal namun tidak homogen. Hasil rata-rata diameter zona hambat dianalisis menggunakan metode Kruskal-Wallis dan didapatkan p=0,001 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada minimal dua kelompok. Setelah itu dilakukan uji post hoc Mann Whitney dan didapatkan perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol positif dan negative terhadap semua kelompok namun tidak ada perbedaan pada kelompok perlakuan, baik kelompok K1, K2 dan K3 terhadap semua kelompok.
Hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan karena berbagai macam faktor seperti target pada bakteri E.coli tidak dapat dihambat oleh genistein, faktor ekstrak kasar yang masih mengandung glukosa dan perbedaan varian dari kedelai edamame yang dipakai. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah tidak terdapat efek antibakteri dari ekstrak etanol biji edamame Glycinne max L. (Merril) terhadap bakteri Eschericieae coli secara in vitro
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]