Optimasi Hydroxypropyl Methylcellulose dan Chitosan pada Tablet Floating-Mucoadhesive Sirnetidin Menggunakan Metode Desain Faktorial
Abstract
Ulkus peptikum merupakan penyakit yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada lapisan mukosa lambung di bagian saluran cerna karena aktivitas pepsin dan asam lambung yang berlebihan (Lamas dan Chan, 2017). Salah sate pengobatan untuk penyakit ulkus peptikum yaitu dapat menggunakan antagonis reseptor H2 yaitu simetidin (Aziz, 2002). Simetidin memiliki bioavailability 60% sampai 70% dengan waktu paruh kurang dari 2 jam (Sweetman, 2013). Pemberian dosis obat yang dianjurkan yaitu 200 - 800 mg/hari dengan frekuensi pemberian 2-4 kali sehari (Iwakiri dkk., 2016). Penggunaan simetidin dalam mengobati ulkus peptikum dapat menurunkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, dikarenakan penggunaan obat dalam interval waktu 2-4 kali penggunaan dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah membuat sedian simetidin dalam bentuk sistem penghantaran obat tertahan di lambung atau gastroretentive drug delivery system (GRDDS). Sistem GRDDS dapat meningkatkan penghantaran obat di lambung secara terus menerus dalam periode waktu yang lama sehingga diharapkan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat dan meningkatkan bioavailabilitas obat dalam darah (Prajapati dkk., 2018). Penggunaan kombinasi sistemfloating-mucoadhesive bertujuan untuk meningkatkan penghantaran obat dan bioavaibilitas dari simetidin (Carvalho dkk., 2010; Dixit, 2011). HPMC dipilih sebagai polimer floating karena dapat membentuk gel dan dapat membuat densitas tablet lebih rendah daripada cairan lambung sehingga tablet dapat mengapung dan melepaskan obat secara terkontrol. Chitosan dipilih sebgai polimer mucoadhesive karena chitosan merupakan polimer hidrofilik kationik yang memiliki sifat mucoadhesive yang baik, tidak beracun dan biodegradabel. Sistem floating yang digunakan yaitu sistem effervescent menggunakan natrium bikarbonat dan asam sitrat sebagai gas generating agent. Rincian basil pengujian menunjukkan keempat formula memenuhi persyaratan floating duration time yaitu dapat mengapung lebih dari 12 jam. Hasil pengujian floating lag time menunjukkan formula AB>-A>(1)>B dengan waktu floating lag time tercepat pada formula B. Nilai responfloatiprg lag time dari efek faktor polimer HPMC sebagai polimer tunggal (+19,83) > efek interaksi (+3,5) > chitosan sebgai polimer tunggal (+2,5). Nilai positif menunjukkan floating lag time melambat, hal ini dikarenakan polimer yang digunakan dapat membentuk barrier gel kental sehingga dapat memperlambat penetrasi cairan lambung dan dapat memperlama waktu floating lag time tablet. Hasil pengujian mucoadhesive diperoleh formula AB>A>B>(1). Hasil pengujian menunjukkan tiga dari empat formula tidak memenuhi persyaratan yaitu 50 sampai 100 gram. Nilai efek faktor menunjukkan polimer HPMC (+70,202) > chitosan (+37,25) > efek interaksi (+18,75). Hasil pengujian menunjukkan HPMC lebih dominan dalam meningkatkan kekuatan mucoadhesive, hal ini dikarenakan HPMC yang digunakan memiliki konsentrasi yang lebih besar dibandingkan chitosan sehingga lebih banyak terbentuk ikatan hidrogen dengan mukosa dibandingkan terbentuknya ikatan elektrostatik chitosan dengan mukosa lambung. Penentuan daerah optimum dilakukan dengan menggabungkan overlay plot. Hasil menunjukkan terbentuk formula barn yang lebih optimum dibandingkan keempat formula yang digunakan. Hasil yang diperoleh yaitu HPMC (146,686 mg) dan chitosan (50,00 mg) dengan nilai desirability 0,971.. Prediksifloating lag time yang diharapkan yaitu 43,458 detik dan kekuatan mucoadhesive 100 gram. Hasil pengujian verifikasi formula optimum menunjuldcanfloating lag time 42,33 detik dan kekuatan mucoadhesive 100,9 gram. Hasil kemudian diuji dengan one sample t-test dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan floating lag time tidak berbeda bermakna. Hasil pengujian one sampel t-tes kekuatan mucoadehsive menunjukkan perbedaan bermakna, hal ini dapat diakibatkan penggunaan bagian lambung dari kelinci yang berbeda. Penggunaan letak bagian lambung yang berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh ketebalan lapisan mukosa yang berperan penting dalam kemampuan mucodhesive (Carvalho dkk., 2010). Hasil uji disolusi formula optimum menunjukkan pelepasan obat dari matriks mengikuti model pelepasan Higuchi. Obat terlepas secara difusi dimana terdapat hubungan tinier antara jumlah obat yang dilepaskan terhadap akar waktu, yang berarti pelepasan obat dipengaruhi oleh waktu. Semakin lama waktu pelepasan, obat akan dilepaskan dengan kecepatan rendah akibat jarak difusi zat aktif semakin panjang (Dash dkk., 2010). Hasil pengujian DE72o menunjukkan efisiensi disolusi dari formula optimum yaitu 67,855%.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]