Show simple item record

dc.contributor.advisorGOZALI, H.R.B.
dc.contributor.advisorHARDIANTO, Triwahju
dc.contributor.authorSUNDANG, Diego Jaka
dc.date.accessioned2019-08-30T00:10:52Z
dc.date.available2019-08-30T00:10:52Z
dc.date.issued2019-08-30
dc.identifier.nimNIM131910201039
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92305
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara yang terletak di daerah katulistiwa yang sangat panas dan lembab. Kedua faktor ini sangat penting dalam pembentukan awan Cumulonimbus penghasil petir. Oleh karena itu, Indonesia memiliki hari guruh yang tinggi dengan jumlah sambaran petir yang banyak. Menurut data yang dikeluarkan, Indonesia bukan cuma negara yang memiliki hari guruh terbanyak tapi juga memiliki kerapatan sambaran petir yang sangat besar yaitu 12/km2 /tahun, yang berarti pada setiap luas area 1 km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya. Sehingga dengan kondisi tersebut jaringan tenaga listrik sangat rawan terkena sambaran petir. Secara umum pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi. Sistem pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas tenaga listrik. Ilmu pertanahan sering kali dianggap remeh, padahal pentanahan yang baik sangatlah penting. Pada sistem tenaga listrik, 70% s/d 80% yang terkena gangguan adalah pada sistem transmisi. Salah satunya adalah gangguan ke tanah selain gangguan - gangguan lain seperti , surja petir, kesalahan mekanis akibat retak-retak pada isolator, burung atau daun – daun yang terbang dekat isolator gantung, debu – debu yang menempel pada isolator, tegangan lebih dan gangguan hubung singkat. Sistem pentanahan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pengamanan (perlindungan) sistem tenaga listrik saat terjadi gangguan yang disebabkan oleh arus lebih dan tegangan lebih. Pada saat terjadi gangguan di sistem tenaga listrik, adanya sistem pembumian menyebabkan arus gangguan dapat cepat dialirkan ke dalam tanah dan disebarkan ke segala arah. Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan antara peralatan dengan peralatan, Penelitian ini memiliki nilai tahanan pentanahan dari kelima tower yang didapat pada tiap minggu memiliki nilai yang berbeda – beda. Untuk tower nomer 1, memiliki nilai tahanan grounding yang didapat dari minggu pertama adalah 0.79 Ω, minggu kedua adalah 0.77 Ω, minggu ketiga adalah 0.70 Ω, minggu keempat adalah 0.48 Ω, minggu kelima adalah 0.46 Ω dan minggu keenam adalah 0.45 Ω. Selanjutnya adalah nilai – nilai dari tower nomer 2 adalah 0.98 Ω untuk minggu pertama, minggu kedua memiliki nilai 0.95 Ω, minggu ketiga memiliki nilai 0.88 Ω, minggu keempat memiliki nilai 0.77 Ω, dan minggu kelima adalah 0.76 Ω serta terakhir minggu keenam memiliki nilai 0.75Ω. Lalu yang terakhir adalah untuk nilai tower pada nomer 3, memiliki data secara keseluruhan, yakni minggu pertaman memiliki nilai 1.60 Ω, minggu kedua adalah 1.54 Ω, untuk minggu ketiga adalah 1.53 Ω, lalu minggu keempat adalah 1.37 Ω, dan minggu kelima memiliki nilai 1.34 Ω dan terakhir adalah minggu keenam memiliki nilai 1.33 Ω. Namun, dapat dilihat dari semua perbedaan nilai yang didapat pada grounding di tiap – tiap tower yang diteliti, nilainya masih dibawah standar PT. PLN (Persero), yakni dibawah 10 Ω. Namun, pengukuran ini tidak dilakukan sesuai dengan metode yang seharusnya dilakukan, karena pada saat pengukuran dilakukan, kondisi pengukuran sepanjang 4 meter dan metode yang benar adalah sepanjang 5 meter antar elektroda bantu pada Earth Tester. Walaupun dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, dan nilai dari tiapmminggu ke minggu selalu mengalami penurunan, seluruh hasil data diatas tidak tepat karena kesalahan pada saat pengukuran berlangsung, khususnya pada pengukuran tahanan grounding. Kesalahan mendasar adalah saat pengukuran berlangsung, yakni tidak melakukan pengukuran dengan benar dan tepat sesuai dengan apa yang ada pada petunjuk di Earth Tester yang digunakan. Selain hal itu, tidak bisa dilupakan bahwa alat memiliki tingkat error persen yang juga menjadi alasan lain data diatas menjadi bias. Untuk error persen pada alat Earth Tester addalah ± 2% rdg atau dengan nilai ± 0.1176 Ω disetiap pengukuran yang didapatkan. Jadi, pengukuran yang sesuai dengan petunjuk serta perhitungan error persen yang ada harus juga diperhatikan demi mendapatkan nilai tahanan grounding yang tepat dan benar.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries131910201039;
dc.subjectPh Tanahen_US
dc.subjectNilai Tahanan Groundingen_US
dc.subjectTower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)en_US
dc.titleStudi Pengaruh PH Tanah dan Kelembaban Terhadap Nilai Tahanan Grounding Pada Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Saluran Jember Banyuwangien_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record