Gambaran Kebermaknaan Hidup Pada Pasien Kanker Di Rumah Sakit Tingkat Iii Baladhika Husada Jember
Abstract
Kanker merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dengan pertumbuhan dan penyebaran mutasi gen yang tidak terkendali secara abnormal dan belum dapat disembuhkan bahkan meningkatkan angka kematian setiap tahunnya. Risiko kanker terbesar disebabkan oleh faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat. Permasalahan yang muncul terjadi pada kanker sangat kompleks. Kondisi emosional pasien dapat mempengaruhi proses pernyebaran penyakit dan proses pengobatan. Pasien baru yang terdiagnosis kanker seringkali mengalami distress eksistensi yang dapat memperburuk fungsi sosial dan fisik pasien. Hal tersebut dapat menghilangkan makna hidup pasien. Pasien kanker membutuhkan dukungan sosial dan spiritual untuk menemukan makna hidup dan menyelesaikan permasalah psikososial yang dihadapi. Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat harus mampu mengkaji kondisi psikologis pasien untuk membantu pasien mengekpresikan pikiran dan emosinya. Kebermaknaan hidup dipengaruhi oleh karakteristik pasien yang meliputi hubungan sosial dan kondisi emosional. Untuk itu, penelitian kebermaknaan hidup pada pasien kanker penting dilakukan guna mengetahui tingkat kebutuhan perawatan fisik, psikologis, dan spiritual. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dan tingkat kebermaknaan hidup pasien kanker sejak tanggal 28 November 2018 – 17 Desember 2018 di RS Baladhika Husada Jember. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel penelitian sebanyak 84 orang dengan teknik consecutive sampling dengan instrument Meaning in Life Questionnare (MLQ) versi Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan hasil gambaran atau deskripsi dari distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien didominasi oleh pasien perempuan sebanyak 68 orang (81%), lansia awal sebanyak 38 orang (45,2%), status menikah sebanyak 65 orang (77,4%), lulusan SD sebanyak 32 orang (38,1%), tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebanyak 36 orang (42,9%), keikutsertaan kegiatan keagamaan sebanyak 52 orang (51%), kanker payudara sebanyak 62 orang (73,8%), riwayat kemoterapi sebanyak 73 orang (61,9%), dan lama mengidap kanker selama lebih dari satu tahun sebanyak 62 orang (73,8%). Sedangkan untuk tingkat kebermaknaan hidup pada pasien kanker yaitu lebih dari separuh pasien kanker mengalami kebermaknaan hidup sedang sebesar 72,6% atau 61 orang dengan POM didapatkan indikator tertinggi yaitu “saya memahami arti hidup saya” sebanyak 62 orang (73,8%) dan SFM didapatkan indikator tertinggi yaitu “saya selalu berusaha untuk menemukan tujuan hidup saya” sebanyak 58 orang (69%). Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu pasien kanker di RS Baladhika Husada Jember belum mencapai proses kebermaknaan hidup pada tahap kelima yaitu kehidupan bermakna. Hal tersebut dikarenakan pemilihan sikap pasien bergantung pada individu itu sendiri. Adanya penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perawat dalam mengindentifikasi tingkat kebermaknaan hidup pasien kanker sebagai cara untuk meningkatkan makna hidup melalui pemberian dukungan dan motivasi dalam menjalani pengobatan. Adapun intervesi yang diberikan seperti konseling eksistensial, logoterapi, medical ministry, lifeline, dan kegiatan spiritual yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan harga diri, optimisme, dan self-efficacy.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]