Gambaran Jumlah Eosinofil Pada Pekerja Perkebunan Gunung Pasang Dan Kaliputih Yang Terinfestasi Soil-Transmitted Helminthes
Abstract
Salah satu penyakit tropis yang umum dijumpai pada daerah dengan angka
kemiskinan yang tinggi adalah infeksi parasit, terutama infestasi Soil-Transmitted
Helminthess. Soil-transmitted helminthess adalah kelompok cacing yang
membutuhkan tanah sebagai media pematangan telur dan larvanya. Lebih dari 1,5
milyar orang di seluruh dunia mengalami infestasi STH. Infestasi STH umumnya
ditemui pada daerah tropis dengan tanah yang gembur dan curah hujan yang baik.
Kabupaten Jember sendiri merupakan salah satu kabupaten di daerah Jawa Timur
dengan lahan perkebunan yang mendominasi luas wilayahnya. Penelitian oleh
Subagyo (2008) dan Nisa (2010) pada beberapa sekolah dasar di Jember
menunjukan bahwa prevalensi kecacingan di Kabupaten Jember ternyata ditemui
masih tinggi (>25%). Infestasi STH akan menimbulkan beberapa reaksi pada tubuh
manusia, salah satu reaksi imun yang akan muncul adalah eosinofilia. Hal ini dapat
terjadi karena eosinofil adalah leukosit utama yang berperan dalam membunuh
parasit multiselular yang tak bisa di fagosit terutama cacing.
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif untuk memberi
gambaran jumlah eosinofil pada pekerja perkebunan yang terinfestasi soiltransmitted helminthes. Subyek penelitian berjumlah 60 orang yang terdiri dari
pekerja dua perkebunan. 24 sampel berasal dari pekerja Perkebunan Gunung
Pasang di Kecamatan Panti. 36 sampel lainnya berasal dari pekerja Perkebunan
Kaliputih di Kecamatan Ledokombo. Pemilihan subyek penelitian menggunakan
metode total sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang harus dipenuhi.
Tiap responden memberikan sampel fesesnya untuk diperiksa apakah terdapat
infestasi STH atau tidak. Pemeriksaan feses dilakukan di Laboratorium Parasitologi
FK UNEJ menggunakan 3 metode yaitu metode Kato-katz, floatasi dan sedimentasi. Setiap responden yang terkonfirmasi mengalami infestasi STH
selanjutnya diambil sampel darah tepi sebanyak 3ml untuk dilakukan pemeriksaan
jumlah eosinofil di Laboratorium Patologi Klinik FK Unej dengan metode
differential count.
Hasil pemeriksaan feses ditemukan 14 sampel yang terinfestasi STH. Dari 14
sampel itu, 9 sampel terinfestasi oleh Ascaris lumbricoides sedangkan 5 sampel
lainnya terinfestasi Hookworm. Prevalensi infestasi STH dari 24 pekerja
Perkebunan Gunung Pasang yang diperiksa adalah sebesar 20,83% (5 orang)
sedangkan prevalensi infestasi STH dari 36 pekerja Perkebunan Kaliputih yang
terinfestasi adalah sebesar 25% (9 orang). 14 responden yang terinfestasi oleh STH
selanjutnya diambil sampel darahnya dan diperiksa untuk menentukan jumlah
eosinofilia. Dari 14 orang yang terinfestasi, 12 orang mengalami eosinofilia
sedangkan 2 orang lainnya memiliki rasio eosinofilia yang normal (2-4%). Ratarata eosinofilia tertinggi didapatkan pada kelompok sampel yang terinfestasi oleh
Hookworm yaitu sebesar 9,4% sedangkan kelompok yang terinfestasi
A.lumbricoides memeliki rata-rata rasio eosinofilia sebesar 6,67%.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah prevalensi infestasi
STH baik di Perkebunan Kaliputih maupun di Perkebunan Gunung Pasang,
tergolong prevalensi sedang (20-50%) menurut Permenkes RI nomor 15 tahun
2017. Selain itu, mayoritas pekerja yang terinfestasi STH ditemukan mengalami
eosinofilia. Tingkat eosinofilia pada infestasi Ascaris lumbricoides lebih tinggi dari
pada tingkat eosinofilia pada infestasi Hookworm.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]