dc.description.abstract | Kebisingan merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada para
pekerja. Sekitar 80% kebisingan bersumber dari penggunaan mesin pada aktivitas
industri. Dampak negatif kesehatan yang ditimbulkan akibat kebisingan dibagi
menjadi dua, yaitu dampak auditori dan nonauditori. Kebisingan dapat merusak selsel sensori pendengaran di koklea yang menimbulkan terjadinya Noise Induced
Hearing Loss (NIHL). Kebisingan juga dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Kebisingan sebagai stressor dapat menstimulasi saraf simpatis dan mengaktivasi
hipotalamus pituitari adrenal (HPA) serta meningkatkan hormon stres, yaitu
kortisol. Peningkatan kortisol ini dapat meningkatkan pembentukan glukosa
melalui proses glukoneogenesis.
Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain studi cross
sectional. Penelitian dilakukan pada pekerja pemotongan kayu di Kecamatan
Arjasa, Kabupaten Jember pada bulan Desember 2018-Januari 2019. Sampel
penelitian ditentukan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria
inklusi: (1) diizinkan oleh pemilik usaha dagang untuk menjadi responden, (2)
bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar inform consent, (3)
berjenis kelamin laki-laki dalam keadaan sehat, (4) mempunyai masa kerja ≥ 1
tahun, (5) berusia 18-45 tahun, (6) memiliki Body Mass Index (BMI) normal, yaitu
18,5 – 24,9 kg/m2
, (7) bekerja pada shift pagi, (8) pekerja tidak terpapar matahari
secara langsung, (9) memiliki pola makan yang sesuai dengan angka kecukupan
energi; dan kriteria eksklusi: (1) mengkonsumsi alkohol dalam kurun waktu satu
bulan terakhir, (2) memiliki riwayat diabetes melitus, (3) memiliki riwayat keluarga
diabetes melitus, (4) memiliki riwayat penyakit jantung, (5) memiliki riwayat
hipertensi, (6) memiliki riwayat pankreatitis. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan alat V&A VA8080 sound level meter dan pengukuran glukosa darah
menggunakan alat blood glucose meter merk On Call Plus. Analisis data
menggunakan uji Statistical Package for Social Science (SPSS). Uji normalitas data
menggunakan Shapiro-Wilk dan uji komparasi menggunakan independent t test
dengan nilai p < 0,05.
Penelitian ini memperoleh sampel sebanyak 34 orang. Sebagian besar
responden berusia 25-39 tahun (79,4%) dan bekerja selama lebih dari 2 tahun
sejumlah 58,8%. Intensitas kebisingan pada usaha dagang pengolahan kayu
melebihi nilai ambang batas kebisingan yaitu 97,5 dB(A). Sebagian besar
responden memiliki pola makan dengan asupan energi dalam kriteria kurang
(91,3%). Rerata kadar glukosa darah puasa pada kelompok bising (106 mg/dl) lebih
tinggi daripada kelompok tidak bising (73 mg/dl). Hasil analisis data independent t
test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata kadar glukosa darah puasa yang
bermakna antara kelompok yang terpapar bising dan kelompok yang tidak bising
(p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
paparan kebisingan kronis terhadap kadar glukosa darah pada pekerja pemotongan
kayu di Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. | en_US |