Identifikasi Lumut di Kawasan Cagar Alam Watangan Puger Kabupaten Jember dan Pemanfaatannya Sebagai Booklet
Abstract
Lumut merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian. Kurangnya perhatian terhadap kelompok tumbuhan ini agaknya lebih disebabkan oleh ukurannya yang umumnya kecil, ketiadaan bunga serta sebagian besar ditemukan di dataran tinggi yang membuat mereka sering luput dari perhatian. Konservasi exsitu lumut di Jawa sudah dilakukan, tetapi belum semua area yang ada di Jawa, salah satu area yang belum mendapat perhatian adalah Cagar Alam Watangan Puger. Kondisi seperti inilah yang bisa memungkinkan terjadi kepunahan dan informasi mengenai keanekargaman tumbuhan lumut. Kawasan Watangan yang ditunjuk sebagai cagar alam belum menunjukkan fungsinya dengan maksimal. Hal tersebut disebabkan lokasi cagar alam Watangan yang berdekatan dengan tempat wisata pantai Puger, sehingga Kawasan cagar alam Watangan dijadikan kunjungan oleh masyarakat. Terdapat potensi hidrologi yaitu air terjun sumber sewu dan sumber mata air kucur yang menjadikan Kawasan tersebut mempunyai kelembaban yang tinggi sehingga menjadi tempat yang baik bagi tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut mempunyai banyak manfaat di bidang farmakologis maupun ekologis, yaitu dapat menjaga keseimbangan siklus air dan unsur hara hutan, serta salah satu divisi lumut yaitu Marchantyophyta dapat dijadikan sebagai pengobatan alternatif. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel menyesuaikan dengan topografi wilayah. Pengambilan sampel dimulai dari pintu masuk utama cagar alam watangan menuju air terjun sumber sewu, dengan panjang track total 2 km yang terbagi menjadi 3 area. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode jelajah pada area topografi landai dan metode transek jalur pada area perbukitan. Metode pengambilan sampel di area sampling I diawali dengan menentukan daerah stasiun sampling dengan mengukur jarak dari pintu masuk utama hingga jalur setapak menuju air terjun sumber sewu. Kemudian, secara sistematis dibagi menjadi 5 stasiun. Setiap stasiun berjarak 30 m dari jalan setapak pintu masuk utama dengan luas stasiun 50 m2. Area III dibagi menjadi 3 stasiun setiap stasiun berjarak 30 m dari awal area III dengan luas stasiun 30m2. Pengambilan sampel di area II menggunakan metode transek. Transek di area II diletakkan tepat di samping jalan setapak menuju air terjun sumber sewu. Area II merupakan area yang dibatasi oleh tebing pada sisi kanan dan kirinya, sehingga pengambilan sampel terbatas pada sisi tebing hingga ketinggian 1 m. Tumbuhan lumut di Kawasan cagar alam Watangan Puger telah ditemukan sebanyak 17 spesies dan 15 suku yang terdiri dari 3 divisi yaitu Marchantiophyta (5 spesies), Anthocerophyta (1 spesies), dan Bryophyta (11 spesies). Hyophila apiculate merupakan lumut yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu sebesar 20,28 dibandingkan dengan lumut lain hal ini menunjukkan bahwa jenis tersebut adalah jenis yang dominan yang ditemukan di Kawasan Cagar Alam Watangan Puger. Keanekaragaman jenis lumut di Kawasan Cagar Alam Watangan Puger secara keseluruhan tergolong sedang dengan nilai 1,881. Keanekaragaman jenis lumut dipengaruhi oleh beberapa kondisi lingkungan baik faktor abiotik maupun biotik. Booklet hasil penelitian tentang identifikasi tumbuhan lumut di Kawasan cagar alam Watangan Puger kabupaten Jember layak digunakan dengan presentase sebesar 85% sebagai bacaan dan tambahan informasi tentang lumut di Kawasan tersebut. Keberadaan jenis tumbuhan lumut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan terutama bagi ekosistem hutan ini seperti hamparan lumut yang bermanfaat untuk kesuburan tanah. Tumbuhan lumut juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi serta pertumbuhan komunitas di hutan, diharapkan tumbuhan lumut dapat dimanfaatkan dengan bijak dan dijaga kelestariannya agar tidak punah dan dapat menjaga ekosistem hutan.