Serangan Umum Pasirian Tahun 1949
Abstract
Latar belakang penelitian ini adalah Belanda melakukan Agresi Militer yang keduanya ke Indonesia dengan mengkhianati perjanjian Renville, serangan Agresi Militer Belanda yang kedua ini mendapat jawaban dari rakyat Indonesia dengan serangan kilat yang dikeluarkan oleh Jenderal Soedirman untuk melakukan perang gerilya semesta. Para pasukan pejuang yang sebelumnya harus hijrah karena garis demarkasi, berbondong-bondong memasuki kembali kantong-kantong gerilyanya dengan menyelinap ke daerah kekuasaan musuh untuk melakukan serangan. Begitu pula dengan wilayah Lumajang, Pasirian sebagai wilayah Recomba memiliki nilai yang strategi baik bagi Belanda dan Indonesia. Setelah para pejuang berhasil menduduki kantong-kantong gerilya, Batalyon Ketunggeng segera mengkonsolidasi penyerangan terhadap markas pusat militer Belanda di Pasirian pada 11 Januari 1949.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana gambaran organisasi dan peta kekuatan para pejuang Republik Indonesia di Lumajang ?; (2) Bagaimana proses perjuangan rakyat Lumajang pada Serangan Umum Pasirian?;(3)Bagaimana dampak yang ditimbulkan setelah peristiwa Serangan Umum Pasirian?. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah: (1) Untuk memahami gambaran organisasi dan peta kekuatan para pejuang Republik Indonesia di Lumajang; (2) Untuk mengkaji proses perjuangan rakyat Lumajang pada Serangan Umum Pasirian;(3)Untukmengkaji dampak yang ditimbulkan setelah peristiwa Serangan Umum Pasirian. yaitu: (1) Bagi peneliti, dapat memberikan pandangan mengenai peristiwa sejarah Lokal yang ada di Lumajang khususnya dalam pepistiwa serangan umum Pasirian tahun 1949; (2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya apabila akan melanjutkan penelitian ini atau akan meneliti dengan topik bahasan yang berkaitan.(3) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat memberikan konstribusi mengenai wawasan sejarah lokal , dan mengangkat sejarah lokal Lumajang khususnya pada peristiwa serangan umum Pasirian tahun 1949; (4) Bagi almamater, merupakan salah satu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi-politik. Penelitian ini juga menggunakan teori konflik Ralf Dahrendof sebagai dasar dalam pemecahan masalah yang akan dikaji.
Hasil dalam penelitian ini antara lain; (1) Proses Pertumbuhan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Susunan Organisasi dan Kekuatan Pejuang Republik Indonesia di Lumajang; Terbentuknya VDKL (Volk Devency Kabupaten Lumajang);
(2) Lumajang pada Masa Agresi Militer Belanda, latar belakang dan tujuan Serangan Umum Pasirian, strategi dan taktik yang digunakan dalam Serangan Umum Pasirian, rincian peristiwa Serangan Umum Pasirian; (3) Dampak yang diakibatkandari Serangan Umum Pasirian.
Simpulan dari pembahasan ini adalah Serangan Umum Pasirian pada 11 Januari 1949 merupakan konsolidasi pertama yang diperintahkan oleh Batalyon Ketunggeng setelah para pejuang Lumajang berhasil menduduki kembali ke kantong gerilya . Serangan Umum Pasirian memiliki tujuan untuk bisa merebut markas pusat militer Belanda dan menguasai gudang senjata Belanda. Srategi Gerilya masih digunakan dengan menyerang markas pusat militer Belanda dari empat arah oleh pasukan gabungan, 4 peleton dan 3 Kompi. Akhir dari pertempuran ini adalah kekalahan dari para pejuang dalam menyerang Belanda, dikarenakan terjadinya kesalapahaman dalam penerimaan informasi yang diterima oleh pasukan yang dipimpin oleh Djalal sehingga taktik yang direncanakan tidak berjalan dengan baik. Perlawanan para pejuang Lumajang dalam Serangan Umum Pasirian membawa dampak positif dan negatif baik terhadap Indonesia maupun bagi Belanda.