dc.description.abstract | Pengasuhankdalam keluargakadalah kunci pokok untuk membentukkkarakter,
sikap dan pertumbuhan anak. Anakkmerupakan individu yang unik dan pada masa ini
anak mendapatkan pondasi pengetahuan proses pengasuhan dari seseorang yang
paling dekat dengan anak, keluargakdan kerabat terdekat. Maka dari itu pengasuhan
menjadikfaktorkpalingkbesarkyangkmembentukkkarakterkanakktumbuhkdankberke
mbangksesuai dengan apa yang anakkdapat dari proses pengasuhan yang diberikan.
Pelaku awe-awe memilikikkegiatankyang berbedakdengan orang tua pada umumnya
yang pada siang harikdan pada malam harikdigunakan untuk berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat, sedangkan pelaku awe-awe bekerja hingga malam hari.
Oleh karena itu, mereka kurangkmemantau perkembangankanaknya yang bekerja
juga di sisi jalan yang berbeda.kSebagian lagi bekerja di tempat yang sama dengan
anak mereka. Berdasarkanklatar belakang tersebut, makakrumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk pengasuhan keluarga sebagai pelaku aweawe di sepanjang jalan Gumitir?”. Tujuan yangkingin dicapai dalam penelitian ini
adalah mendeskripsikan pola pengasuhan keluarga pelakukawe-awe.
Jenis penelitian yang dilakukan adalahkpenelitian deskriptif kualitatif, yang
dilakukan di Desa KalibarukManis Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi
selama 2 (dua) bulan. Sumber data diperolehkdari informan kunci yang memenuhi
kriteria yakni orang tua pelaku awe-awe dan memiliki anakkusia dini. Metode
pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara. Adapun teknik analisis
data yang digunakan melalui empat tahapan, yaitu proses pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada pelaku awe-awe di sepanjang
Jalan Gumitir memiliki keunikan dan perbedaan. Perbedaan tersebut terlihat pada
masing-masing keluarga dengan memberikan perhatian dan kontrol batasan kepada
anak. Pemberian acceptance, respon keluarga bervariasi dalam pemenuhan hubungan
asah, asih, asuh kepada anak. Bentuk variasi pemenuhan acceptance tersebut adalah
orang tua dengan respon baik, orang tua kurang memberikan respon dan orang tua
cenderung mengabaikan. Demandingness fokus terhadap beberapa hal. Pada keluarga
yang memang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, orang tua lebih kontrol
terhadap kegiatan belajar di sekolah dan mengaji. Pada keluarga dengan orang tua
lengkap dan pendidikan lebih rendah hanya memberikan kontrol dengan nasihat
ucapan verbal, sedangkan pada keluarga yang memiliki kondisi psikologis terhadap
masalah yang dihadapi sebagai single parent cenderung memberikan kontrol yang
lebih ketat, sehingga segala keputusan dan kehendak berada pada keputusan orang
tua dan perintah yang diberikan harus dipenuhi. Tingkat pendidikan dan kondisi
psikologis keluarga turut berperan membentuk pola asuh orang tua. Terkait dengan
perilaku awe-awe orang tua pada dasarnya tidak memaksakan anak-anak untuk turut
melakukan kegiatan awe-awe, namun dalam hal penghasilan terdapat variasi
perlakuan.
Hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa terdapat variasi pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua pelaku awe-awe, di mana tingkat pendidikan dan kondisi
psikologis keluarga turut berperan membentuk pola asuh yang diberikan orang tua.
Terkait dengan perilaku awe-awe orang tua pada dasarnya tidak menuntut anak untuk
ikut melakukan awe-awe, namun dalam hal pendapatan terdapat variasi perlakuan.
Saran untuk desa diharapkan mampu lebih memperhatikan dan memberikan kegiatan
edukasi terhadap orang tua mengenai pengasuhan terhadap anak, baik pada kegiatan
bina orang tua dan anak atau posyandu, atau kegiatan lainnya. | en_US |