Profil Metakognisi Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Dan Gender Siswa SMP Kelas VIII. Viii
Abstract
Metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya sendiri.
Metakognisi adalah cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir
dan kemampuan mereka dalam menerapkan strategi belajar yang tepat. Siswa
yang mengelola kegiatan kognitifnya dengan baik memungkinkan dapat
menangani tugas dan menyelesaikan masalah dengan baik pula. Seperti yang
dikemukakan Omrod (2008:369) banyak siswa yang menganggap dalam
memecahkan masalah matematika tidak memerlukan kegiatan metakognisi
sehingga soal cerita yang mudah juga dapat membuat siswa salah dalam
mengerjakannya. Menyelesaikan soal cerita merupakan salah satu bagian dalam
melatih kemampuan pemecahan masalah sehingga diperlukan langkah-langkah
dan strategi yang tepat. Dalam hal ini metakognisi sangat diperlukan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana profil metakognisi
dalam menyelesaikan soal cerita materi sistem persamaan linear dua variabel
ditinjau dari kemampuan matematika dan gender siswa SMP kelas VIII. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil metakognisi dalam menyelesaikan soal
cerita materi sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari kemampuan
matematika dan gender siswa SMP kelas VIII.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah enam siswa dari kelas VIII A
SMPN 1 Ambulu. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu: soal tes kemampuan matematika, soal cerita matematika, dan pedoman
wawancara. Berdasarkan analisis data validasi instrumen, ketiga instrumen
tersebut dinyatakan valid. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
tes dan wawancara. Tes yang dilakukan ada 2 yaitu tes kemampuan matematika
untuk menentukan subjek penelitian dan tes soal cerita matematika. Fokus
penelitian ini yaitu satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki berkemampuan
matematika tinggi, satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki berkemampuan
matematika sedang, satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki berkemampuan
matematika rendah. Subjek yang terpilih diberikan tes soal cerita matematika dan
dilakukan kegiatan wawancara.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara yang dilakukan, keenam subjek
melakukan semua kegiatan metakognisi. Siswa perempuan dan siswa laki-laki
berkemampuan matematika tinggi mampu melakukan kegiatan perencanaan,
pemantauan, dan evaluasi dengan lengkap yang ditunjukkan dengan tercapainya
semua indikator pada setiap tahap memahami soal, membuat rencana,
melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. Siswa perempuan dan siswa lakilaki
berkemampuan sedang mampu melakukan kegiatan perencanaan dan
pemantauan tetapi kurang lengkap karena beberapa indikator tidak tercapai yaitu
tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dalam soal dan tidak mampu
menguji hasil yang diperoleh namun melakukan kegiatan evaluasi dengan
lengkap. Siswa perempuan berkemampuan matematika rendah melakukan
kegiatan perencanaan, pemantauan dan evaluasi tetapi kurang lengkap. Siswa lakilaki
berkemampuan matematika rendah melakukan kegiatan perencanaan dan
evaluasi dengan lengkap tetapi tidak melakukan kegiatan pemantauan dengan
lengkap. Kegiatan metakognisi siswa laki-laki berkemampuan matematika tinggi
berbeda dengan kegiatan metakognisi siswa laki-laki berkemampuan matematika
rendah. Kedua subjek sama-sama melakukan semua tahap akan tetapi untuk siswa
laki-laki berkemampuan matematika tinggi lebih lengkap karena semua indikator
tercapai sedangkan siswa laki-laki berkemampuan matematika rendah tidak
memenuhi beberapa indikator. Kegiatan metakognisi siswa perempuan
berkemampuan matematika tinggi juga berbeda dengan kegiatan metakognisi
siswa perempuan berkemampuan matematika rendah. Kedua subjek juga samasama
melakukan semua tahap akan tetapi untuk siswa perempuan berkemampuan
matematika tinggi lebih lengkap karena semua indikator tercapai.