dc.description.abstract | Setelah penulis mengadakan penelitian tentang Sejarah Ge-
reja Kristen Jawa Semarang, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan:
1. Pekabaran Injil yang dilakukan oleh para Pekabar Injil bangsa
Barat pada mulanya mengalami kegagalan, karena adanya
perbedaan bahasa dan adat istiadat antara para Pekabar
Injil bangsa Barat dengan orang Jawa. Mereka mula-mula
menerapkan ajaran agama Kristen secara kaku, artinya
melarang semua adat istiadat Jawa. Adat istiadat Jawa oleh
mereka dianggap bertentangan dengan ajaran agama Kristen.
Cara ini mengalami kegagalan, sehingga mereka mencoba
cara baru yaitu melakukan inkulturasi. Inkulturasi artinya
ajaran agama Kristen dimasukkan ke dalam kebudayaan Jawa.
Kebudayaan Jawa yang tidak bertentangan dengan ajaran
agama Kristen dipertahankan, sedangkan yang bertentangan
diganti dengan nilai-nilai baru.
2. Faktor yang menyebabkan kemajuan bagi Jemaat Tionghwa
yaitu adanya pendekatan pribadi yang dilakukan oleh orang-
orang Tionghwa sendiri dan faktor ekonomi yang kuat. Jadi
Pekabaran Injil yang dilakukan oleh orang-orang sebangsa
lebih berhasil. Hal ini terbukti ketika Jemaat Jawa mulai dilayani oleh seorang pendeta Jawa kehidupan Jemaat semakin
berkembang dan lebih akrab.
3. Persatuan gereja-gereja Kristen disebabkan hubungan dengan
pusat Zendingnya terputus, sebagai akibat perubahan dalam
bidang politik, sehingga timbul rasa solidaritas gereja-gereja
tersebut karena harus mempertahankan kehidupan gereja
dari berbagai tekanan dari luar. Timbulah gagasan untuk
mengadakan persatuan agar mereka dapat saling membantu.
4. Perpecahanyang terjadi diantara gereja-gereja Jawa disebabkan
mereka dapat menjalin hubungan dengan pusat Zendingnya
lagi dan terjadi kompetisi diantara para pemimpin, sehingga
yang merasa dikalahkan mengundurkan diri dari persatuan
tersebut.
5. Dari faktor-faktor yang penulis sebutkan tadi sebenarnya ada
faktor yang lebih mendasar yaitu perpisahan ini disebabkan
karena gereja-gereja Kristen menghargai otonomi kelompok.
Hal ini berbeda dengan Gereja Katolik yang monolit, sehingga
sampai sekarang tetap satu. Dasar otonomi kelompok untuk
mendirikan gereja sendiri-sendiri inilah yang membuat
perpisahan lebih banyak terjadi. | en_US |