Analisis Struktur Kristal, Ukuran Kristal, Kristalinitas, dan Daya Serap Iodin pada Arang Aktif Eceng Gondok Berdasarkan Variasi Suhu Karbonisasi
Abstract
Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang sering dianggap sebagai
gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok berkembangbiak
secara generatif maupun vegetatif sehingga pertumbuhannya cukup sulit
dikendalikan dan dapat mendominasi daerah perairan. Eceng gondok memiliki
struktur lignoselulosa yang terdiri dari kandungan selulosa, lignin, dan
hemiselulosa. Eceng gondok termasuk salah satu biomassa yang mudah dijumpai
dalam jumlah banyak sehingga dapat dimanfaatkan untuk membuat produk arang
aktif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh material arang
aktif dari biomassa eceng gondok yang ditinjau berdasarkan struktur kristal,
ukuran kristal, kristalinitas, dan daya serap iodinnya sehingga diperoleh informasi
tentang penggunaan arang aktif tersebut.
Pembuatan arang aktif dimulai dengan mengumpulkan bahan baku eceng
gondok yang kemudian dibersihkan lalu diambil bagian batangnya. Setelah itu,
eceng gondok dikeringkan lalu dijadikan serbuk dengan cara dihaluskan dengan
blender selanjutnya diayak lolos 200 mesh. Serbuk eceng gondok kemudian
dikarbonisasi dengan cara dipanaskan di dalam furnace pada beberapa suhu yaitu
400°C (sampel A), 500°C (sampel B), dan 600°C (sampel C) selama satu jam.
Selanjutnya, ketiga sampel tersebut diaktivasi secara kimia dengan larutan NaOH
25% lalu dipanaskan sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer hot plate pada
suhu 80°C dengan kecepatan putaran stirrer 350 rpm selama 4 jam. Campuran
arang dan NaOH ini kemudian disaring lalu dinetralkan dengan larutan HCl 2M
kemudian dicuci lagi dengan aquades hingga pH netral, setelah itu dikeringkan
dengan oven pada suhu 100°C hingga massanya konstan. Arang aktif yang dibuat
pada beberapa suhu karbonisasi ini (sampel A, B, dan C) kemudian dikarakterisasi
dengan X-Ray diffraction (XRD) dan juga diuji daya serapnya terhadap larutan
iodin. Karakterisasi XRD dan uji serap iodin juga dilakukan untuk arang aktif
komersial sebagai pembanding.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur kristal arang aktif eceng
gondok sampel A dan B adalah ortorombik, sedangkan arang aktif eceng gondok
sampel C adalah heksagonal. Selain itu, untuk suhu karbonisasi yang semakin
meningkat pada arang aktif eceng gondok menyebabkan ukuran kristal dan
kristalinitas yang semakin meningkat pula. Ukuran kristal arang aktif eceng
gondok sampel A, B, dan C berturut-turut adalah 17,98nm, 28,62nm, dan
78,36nm. Kristalinitas arang aktif eceng gondok sampel A, B, dan C berturut-turut
adalah 33,61%, 36,04%, dan 39,19%. Sebagai pembanding, arang aktif komersial
memiliki struktur ortorombik dengan ukuran kristal sebesar 78,62nm dengan
kristalinitas yang diperoleh adalah 13,52%. Daya serap arang aktif eceng gondok
terhadap larutan iodin menghasilkan kemampuan daya serap yang semakin
menurun jika suhu karbonisasi semakin meningkat. Kemampuan daya serap arang
aktif eceng gondok terhadap larutan iodin pada sampel A, B, dan C berturut-turut
adalah 596,99mg/g, 430,69mg/g, dan 339,72mg/g. Sedangkan kemampuan daya
serap arang aktif komersial terhadap larutan iodin sebesar 913,17%.
Berdasarkan hasil karakterisasi XRD dan uji daya serap terhadap larutan
iodin tersebut, maka suhu karbonisasi dapat mempengaruhi struktur kristal,
ukuran kristal, kristalinitas, dan daya serap terhadap larutan iodin. Nilai
kristalinitas arang aktif eceng gondok sampel A, B, dan C lebih tinggi daripada
arang aktif komersial. Akan tetapi, kemampuan daya serap arang aktif eceng
gondok sampel A, B, dan C lebih rendah daripada arang aktif komersial. Sehingga
arang aktif eceng gondok sampel A, B, dan C kurang cocok untuk dijadikan bahan
adsorben. Walaupun demikian, arang aktif yang memiliki nilai kristalinitas
minimal 27,79% dapat digunakan sebagai material dasar untuk penyusun Gas
Diffusion Layer (GDL) sehingga arang aktif eceng gondok sampel A, B, dan C
dapat digunakan sebagai material dasar untuk penyusun GDL.