ANALISIS ASPEK SOSIAL NOVEL KING KARYA IWOK ABQARY
Abstract
Analisis terhadap novel King karya Iwok Abqary menggunakan analisis
struktural dan analisis pragmatik yang ditekankan pada aspek sosial berupa
struktur sosial, proses sosial, perubahan sosial, dan masalah sosial. Setelah
dilakukan analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Analisis struktural dalam novel King karya Iwok Abqary yang dikaji
adalah judul, tema, latar, penokohan dan perwatakan, serta konflik.
Judul novel King menunjuk pada tokoh cerita yaitu Guntur. King
merupakan panggilan dari Liem Swie King yang merupakan idola bapaknya (Pak
Tejo). Setiap kali Guntur bertanding ia selalu memanggilnya dengan panggilan
King dan ia ingin Guntur kelak dapat menjadi seorang pemain bulutangkis hebat
dan dikenal di seluruh dunia seperti Liem Swie King.
Tema mayor dalam novel King karya Iwok Abqary adalah kisah
perjuangan seorang anak untuk mewujudkan cita-citanya. Guntur membuktikan
bahwa dengan usaha, doa, dan kerja kerasnya, ia berhasil menjadi seorang juara
dunia bulutangkis di bawah umur 16 tahun. Tema minor dalam novel King karya
Iwok Abqary adalah tanggung jawab dan pengorbanan orang tua untuk anaknya,
dan kesetiaan dan pengorbanan seorang sahabat.
Tokoh utama adalah Guntur yang berwatak bulat yaitu keras kepala, suka
menangis, namun juga seorang anak yang tegar, rajin, serta cinta kepada kedua
orang tuanya. Tokoh Guntur juga banyak membutuhkan waktu penceritaan
dibandingkan dengan tokoh lainnya. Tokoh bawahan yang mempunyai watak
bulat adalah Pak Tejo, dan yang mempunyai watak datar adalah Raden, Michelle,
serta Bang Bujang.
Latar dalam novel King karya Iwok Abqary meliputi latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam novel Sinar yaitu di Desa Jampit,
Kecamatan Sempol, Kabupaten Banyuwangi, di SD Negeri Jampit, di padang
savana, di atas bukit serta di Kudus. Latar waktu meliputi pagi hari, siang hari,
sore hari, dan malam hari. Latar sosial yaitu kehidupan sosial masyarakat Desa
Jampit Kecamatan Banyuwangi yang masih mempertahankan kesenian tradisional
yaitu tari kuda terbang.
Konflik dalam novel King karya Iwok Abqary yaitu konflik fisik dan
konflik batin. Konflik fisik antara manusia dan manusia terjadi antara Guntur dan
bapaknya. Sikap Pak Tejo yang keras dalam mendidik anaknya tersebut membuat
Guntur sering memberontak dan melawan bapaknya. Konflik ini juga terjadi
antara Guntur dengan Raden, dan Michelle. Konflik antara manusia dan
masyarakat terjadi antara Guntur dan warga desa. Konflik antara manusia dan
alam terjadi ketika Guntur mengikuti seleksi di Kudus selama tiga, setiap hari ia
tidur di bak mobil Bang Bujang dan setiap malam badannya menggigil kedinginan
akibat angin malam. Konflik batin antara manusia dengan kata hatinya terjadi
pada Guntur dengan kata hatinya.
Unsur-unsur struktural yang berupa judul, tema, tokoh dan perwatakan,
latar, serta konflik tersebut berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
Tokoh utama tetap berjuang mewujudkan cita-citanya meskipun banyak cobaan
dan persaingan yang ia hadapi. Penciptaan latar yang menarik membuat cerita
yang dikisahkan semakin menegangkan, mengharukan, memberikan perbedaan
karakter setiap tokoh untuk menimbulkan permasalahan-permasalahan kecil.
Analisis pragmatik yang ditekankan pada aspek sosial dalam novel King
karya Iwok Abqary yang dikaji adalah struktur sosial, proses sosial, perubahan
sosial, dan masalah sosial.
Struktur sosial dalam novel King karya Iwok Abqary adalah norma sosial
dan lapisan sosial. Norma sosial yang terjadi adalah norma tata kelakuan atau
kebiasaan, norma hukum, dan norma agama. Sikap Pak Tejo yang keras dalam
mendidik Guntur dan situasi ekonomi yang sulit menjadikan norma-norma yang
ada di dalam suatu masyarakat tersebut dilanggar oleh Guntur. Lapisan sosial
meliputi lapisan kelas atas, lapisan kelas menengah, dan lapisan kelas bawah.
Yang tergolong lapisan kelas atas adalah keluarga Michelle, dan keluarga Arya,
lapisan kelas menengah adalah Kang Raino dan Bang Bujang, sedangkan lapisan
kelas bawah adalah keluarga Guntur.
Proses sosial dalam novel King karya Iwok Abqary adalah kerjasama,
pertentangan, persaingan, dan akomodasi. Kerjasama dilakukan oleh Raden dan
Michelle. Sebagai seorang sahabat, Raden dan Michelle selalu membantu Guntur
ketika sedang membutuhkan pertolongan. Pertentangan terjadi antara Guntur
dengan bapaknya, Guntur dengan Kang Raino, serta Guntur dengan Michelle dan
Raden. Persaingan terjadi ketika Guntur bertanding bulutangkis dengan Kang
Raino dan Arya. Ia juga harus bertanding dan bersaing untuk menjadi pemenang
dengan para calon penerima beasiswa di Kudus. Akomodasi dilakukan oleh Kang
Raino kepada Guntur dengan menjelaskan permasalahan yang sebenarnya terjadi
antara Guntur dengan dengan bapaknya supaya tidak lagi terjadi kesalahpahaman
antara mereka berdua.
Perubahan sosial dalam novel King karya Iwok Abqary terjadi pada tokoh
Guntur. Dari anak desa yang belum banyak dikenal hingga akhirnya Guntur dapat
menjadi juara dunia bulutangkis di bawah umur 16 tahun dan dikenal oleh seluruh
masyarakat Indonesia.
Masalah sosial dalam novel King karya Iwok Abqary adalah kemiskinan
dan kejahatan. Dalam novel King menggambarkan kemiskinan dialami oleh
keluarga Guntur. Kemiskinan juga yang mengakibatkan Guntur dengan bapaknya
sering bertengkar. Kejahatan dilakukan oleh Guntur, Raden dan Arya. Sebagai
seorang sahabat, Raden menemani Guntur untuk mencuri balon milik Wo Jarkoni tetapi
perbuatan mereka diketahui oleh Pak Tejo dan mereka berdua dihukum, sedangkan Arya
berusaha berbuat curang dengan mengurangi angin ban sepeda Guntur supaya tidak dapat
berlatih di klub lagi. Ia kesal karena meresa tersaingi oleh Guntur.
Manfaat yang dapat diperoleh setelah menganalisis aspek sosial novel
King karya Iwok Abqary yaitu: (1) dalam mewujudkan cita-cita atau keinginan
pasti membutuhkan usaha, doa, dan kerja keras; (2) dalam menjalani sebuah
kehidupan kita pasti pernah merasakan suatu kegagalan. Jangan sampai keadaan
kita yang kurang membuat kita putus asa dalam mewujudkan setiap keinginan.
Kita jadikan setiap kegagalan dan kekurangan tersebut sebagai keberhasilan yang
tertunda dan pengalaman untuk kita kedepannya nanti; (3) manusia adalah
mahkluk sosial karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri, tetapi selalu
membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan.
Kita jadikan orang lain tersebut sebagai penyemangat atau motivasi dalam hidup
kita.