Show simple item record

dc.contributor.advisorMisto
dc.contributor.advisorCahyono, Bowo Eko
dc.contributor.authorEriyanto, Dian Mustika
dc.date.accessioned2019-06-08T09:51:40Z
dc.date.available2019-06-08T09:51:40Z
dc.date.issued2019-06-08
dc.identifier.nim131810201014
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91149
dc.description.abstractCokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau minuman dari biji kakao (Theobroma cacao). Di Indonesia, perkembangan industri cokelat yang berasal dari biji kakao mengalami pertumbuhan yang signifikan. Produk olahan cokelat yang berkualitas tinggi sangat dipengaruhi oleh kualitas mutu biji kakao yang digunakan. Jika biji kakao yang digunakan bermutu rendah, maka hasil produk olahan cokelat yang diperoleh akan berkualitas rendah. Selain itu, proses penyangraian biji kakao kering merupakan salah satu proses penting dalam pengembangan citarasa, aroma dan warns cokelat sehingga kondisi penyangraian yang optimal dapat menghasilkan produk olahan cokelat yang bercitarasa tinggi. Penelitian ini menggunakan lima jenis produksi cokelat yang berbeda yaitu daerah Blitar, Jember, Jakarta, Tangerang dan Bandung. Berdasarkan sifat larutannya, cokelat merupakan larutan elektrolit. Salah satu sifat hantaran listrik dari larutan cokelat dapat dilihat dari nilai konduktivitas dan konstanta dielektrik untuk setiap jenis larutan cokelat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas cokelat dan mengetahui karakteristik pada cokelat. Penelitian telah dilakukan menggunakan resistansi untuk menentukan konduktivitas dan kapasitansi untuk menentukan konstanta dielektrik larutan cokelat dan osiloskop sebagai alai ukur tegangan masukan dan tegangan keluaran rangkaian (Va) yang selanjutnya digunakan dalam penentuan nilai konduktivitas dan konstanta dielektrik sampel penelitian. Sampel penelitian yang digunakan dengan konsentrasi 5% sampai 50% dengan interval 5%. Penggunaan perbedaan konsentrasi pada larutan cokelat berguna untuk mengetahui konsentrasi 100% pada cokelat dengan menggunakan persamaan y = mx + c. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada cokelat produksi dari Tangerang memiliki nilai konduktivitas paling tinggi pada konsentrasi 5% dibandingkan cokelat lainnya yaitu sebesar 2,032x10-1 (S/m)dan nilai konduktivitas paling rendah yaitu cokelat produksi dari Jember sebesar 1,078x10-1 (S/m). Masing-masing nilai konduktivitas pada tiap cokelat yaitu produksi cokelat dari Blitar memiliki titik puncak konduktivitas sebesar 1,736x10-1 (S/m), cokelat yang diproduksi dari Bandung memiliki titik puncak konduktivitas sebesar 1,358x10-1 (S/m), cokelat yang diproduksi dari Jakarta memiliki titik puncak konduktivitas sebesar 1,008x10-1 (S/m) dan untuk cokelat yang diproduksi dari Tangerang memiliki titik puncak konduktivitas sebesar 2,032x10-1 (S/m). Perbedaan nilai konsentrasi larutan mengakibatkan terjadinya perbedaan nilai konduktivitas sampel pada frekuensi yang sama. Semakin besar konsentrasi larutan cokelat, semakin kecil nilai konduktivitasnya. Hal ini diduga karena adanya perbedaan proses pengolahan dan kualitas dari buah kakao. Selain itu, ketinggian pada tiap masing-masing produk cokelat juga mempengaruhi nilai konduktivitas. Hasil nilai konduktivitas yang didapatkan untuk konsentrasi cokelat 100% dengan menggunakan persamaan y = mx + c yaitu pada cokelat Jakarta memiliki nilai terendah sebesar 0,099 (S/m). Nilai konduktivitas tertinggi untuk konsentrasi 100% pada cokelat Tangerang sebesar 0,214 (S/m). Sedangkan hasil nilai konstanta dielektrik yang didapatkan untuk konsentrasi cokelat 100% dengan menggunakan persamaan y = mx + c yaitu pada cokelat Jakarta memiliki nilai terendah sebesar 69,954. Nilai konstanta dielektrik tertinggi untuk konsentrasi 100% pada cokelat Tangerang sebesar 73,990. Nilai konstanta dielektrik pada tiap jenis produksi cokelat tidak terjadi perubahan yang signifikan pada konsentrasi 5% dan 10%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya karakteristik pada semua jenis cokelat. Nilai konstanta dielektrik tertinggi terjadi pada cokelat Tangerang sebesar 76,65 x 10' dan nilai konstanta dielektrik terendah terjadi pada cokelat Jember sebesar 72,50 x 101. Masing-masing nilai konstanta dielekrik pada tiap cokelat yaitu produksi cokelat dari Blitar memiliki titik puncak konstanta dielektrik sebesar 74,58 x 101, cokelat yang diproduksi dari Bandung memiliki titik puncak konstanta dieletrik sebesar 72,50 x 10' dan cokelat yang diproduksi dari Jakarta memiliki titik puncak konstanta dieletrik sebesar 70,43 x 10'.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectNilai Konduktivitasen_US
dc.subjectKonstanta Dielektriken_US
dc.subjectcokelat bubuken_US
dc.titleAnalisis Nilai Konduktivitas dan Konstanta Dielektrik pada cokelat bubuken_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record