Show simple item record

dc.contributor.advisorPurwanto, Agung
dc.contributor.advisorSupriyadi
dc.contributor.authorRaharjo, Januar Tri
dc.date.accessioned2019-06-08T06:14:32Z
dc.date.available2019-06-08T06:14:32Z
dc.date.issued2019-06-08
dc.identifier.nim140910101049
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91126
dc.description.abstractPemilihan umum yang diselenggarakan lebih awal dari jadwal pemilihan yang seharusnya bukanlah hal baru bagi masyarakat Jepang. Semenjak Shinzo Abe kembali menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang untuk kedua kalinya pada tahun 2012, Abe telah melaksanakan pemilihan cepat sebanyak dua kali. Pertama pada tahun 2014 kemudian di tahun 2017. Kembalinya Abe sebagai Perdana Menteri pada tahun 2012 dengan membawa paket kebijakan yang diberi nama Abenomic ternyata tidak mendapatkan respon positif dari masyarakat. Banyaknya tekanan dari pihak oposisi membuat Abe membubarkan parlemen untuk melaksanakan pemilihan umum dua tahun lebih awal dari jadwal yang seharusnya. Kemenangan Abe dalam pemilihan umum di tahun 2014 memperpanjang masa jabatannya sebagai Perdana Menteri Jepang hingga tahun 2018. Pada tahun 2017, keterlibatan Abe dalam sebuah skandal ditambah keterlibatan beberapa menteri dalam kabinetnya membuat elektabilitas Abe menurun. Elektabilitas Abe berada pada titik terendah selama dirinya menjabat sebagai Perdana Menteri sejak 2012. Turunnya elektabilitas Abe berdampak pada kalahnya LDP dalam pemilihan Gubernur di Tokyo pada tahun 2017. Tidak ingin mengulangi kekalahan yang pernah dirasakan pada tahun 2009, Abe merombak kabinetnya. Reshuffle yang dilakukan Abe bekerja dengan baik dengan naiknya kembali elektibiIitasnya. Pada saat yang bersamaan, Jepang yang mengalami krisis keamanan akibat memanasnya hubungan Korea Utara. dengan Korea Selatan, Abe memutuskan untuk melakukan pemilihan umum setahun lebih awal. Keputusan Abe untuk membubarkan Diet dan mengadakan pemilihan umum menuai banyak protes dan kritik terutama dari pihak oposisi. Keputusan membubarkan pemerintahan ditengah krisis keamanan yang sedang dihadapi Jepang menyebabkan terjadinya kekosongan politik. Pada tanggal 28 September 2017 secara resmi Abe membubarkan parlemen untuk mengadakan pemilihan umum pada tanggal 22 Oktober 2017. Penulis tertarik untuk meneliti Iebih dalam alasan yang membuat Abe memutuskan melaksanakan pemilihan umum Iebih awal ditengah krisis keamanan yang sedang dihadapi Jepang. Penulis menggunakan data sekunder yang dianggap relevan dalam penyusunan penelitian ini sehingga yang akan tertulis dalam peneltian ini akan Iebih bersifat observasi data-data yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Shinzo Abe mengadakan pemilu Iebih awal di tahun 2017. Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik studi literatur (library research). Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menjawab pertanyaandari rumusan masalah dalam penelitian ini. Keputusan Abe untuk mengadakan pemilihan umum Iebih awal adalah adanya peluang untuk menang dalam pemilihan umum jika dilaksanakan Iebih awal. Abe memanfaatkan momentum pada saat elektabilitasnya sedang naik, dan masyarakat sedang khawatir terhadap krisis keamanan yang dialami, Abe menawarkan jaminan keamanan. Selain itu, Abe juga melihat kondisi partai oposisi yang tengah mengalami perpecahan. Abe memutuskan untuk mengadakan pemilihan umum lebih awal, sehingga partai oposisi tidak memiliki kesempatan untuk membangun kekuatan yang dapat berpotensi mengalahkan dirinya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKeputusan Shinzo Abeen_US
dc.subjectPemilihan Umum Lebih Awalen_US
dc.titleKeputusan Shinzo Abe Mengadakan Pemilihan Umum Lebih Awal Tahun 2017en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record