Show simple item record

dc.contributor.advisorBARATA, Lukman Wijaya
dc.contributor.authorKASIYANTO, Teguh
dc.date.accessioned2019-05-31T07:34:57Z
dc.date.available2019-05-31T07:34:57Z
dc.date.issued2019-05-31
dc.identifier.nimNIM140910302053
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91052
dc.description.abstractPenelitian ini menggunakan pendekatan naratif studi bioografi. Dalam hal ini peneliti meneliti dua orang dalang wayang kulit. Peneliti meneliti sejarah perjalanan hidup dari kedua dalang tersebut dari masa kanak-kanak hingga saat ini. Dua dalang tersebut adalah Ki Dalang Prapto yang tinggal di Desa Tembokrejo Kecamatan Gumukmas dan Ki Dalang Jito yang berdomisili di Desa Sabrang Kecamatan Ambulu. Peneliti menggunkan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik observasi, wawancara secara mendalam dan dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan serta menganalisis tentang dalang dalam kaitannya dengan lakon dan penonton. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memperkaya dan memperluas kajian sosiologi budaya, terutama di Sosiologi, FISIP, Universitas Jember. Pandangan yang dimiliki seorang dalang terhadap lakon wayang kulit tidaklah muncul begitu saja. pandangan tersebut bersumber dari pemaknaan terhadap wayang kulit dari fase awal hingga fase yang berlangsung saat ini. dua orang dalang yang berasal dari latar belakang yang berbeda, membuat fase fase atau tahapan liminalitas keduanya juga berbeda. Pemaknaan terhadap wayang kulit tidak hanya terjadi di atas pentas, akan tetapi di alami dan dilakukan bagi masing-masing individu dalang. Ki Dalang Prapto menjalani fase-fase khasnya sebagai seorang siswa di sekolah menengah khusus pedalangan di Surabaya. Fase ini membuatnya menguasai dua jenis gaya keterangan sekaligus yaitu Surakarta dan Jawa Timuran. Sedangkan Ki Dalang Jito jalankan tahapnya yang khas sebagai seorang cantrek di rumah Ki Dalang Sunoko. Selama berada di rumah Ki Dalang Sunoko, Pak Jito memperdalam ilmu pedalangannya. di atas pentas kedua dalam tersebut mempunyai dua pemain yang berbeda terhadap lakon wayang kulit. Mereka berdua juga memiliki sudut pandang yang berbeda berkaitan dengan wayang kulit. Ada yang masih meyakini dan menjalankan mistik, ada pula yang tidak menjalankan mistik namun masih sedikit mempercayainya. gaya penyampaian kedua dalam tersebut ada yang sangat akademis dan ada pula yang menyampaikan petuah dengan sederhana.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.relation.ispartofseries140910302053;
dc.subjectLiminalitasen_US
dc.subjectWayang Kuliten_US
dc.titleLiminalitas dan Dramaturgi Dalang dalam Lakon Wayang Kuliten_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record