Determinan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil KEK:Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Cakru Kecamatan Kencong
Abstract
Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil yaitu kondisi dimana ibu
hamil menderita kekurangan zat gizi yang berlangsung lama (kronis) bisa dalam
beberapa bulan atau tahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan
pada ibu hamil dan anak yang dikandungnya (Furqi, 2016:3). Hasil Riskesdas
2013 menunjukkan bahwa prevalensi risiko KEK di Jawa Timur pada wanita
hamil 29,8%, sedangkan wanita tidak hamil 21,8%. Prevalensi kejadian KEK
pada ibu hamil di Jember sebesar (39,5%). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember tahun 2016 terdapat 4301 kasus ibu hamil yang mengalami
KEK. Persentase tertinggi kejadian ibu hamil KEK di Kabupaten Jember terdapat
di wilayah Kerja Puskesmas Cakru sebesar 23,61% atau sebanyak 110 kasus.
Kejadian KEK pada Puskesmas Cakru dalam tiga tahun terakhir mengalami
perubahan fluktuatif dan pada tahun 2014 sampai 2016 mengalami kenaikan.
Tanda-tanda faktor risiko pada ibu hamil terjadi KEK yaitu ibu hamil dengan
lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan (Kementrian Kesehatan 2015:12). Menurut Supariasa (2012:49), faktor
penyebab KEK pada ibu hamil dibagi menjadi tiga yaitu faktor langsung meliputi
pola konsumsi dan infeksi, faktor tidak langsung meliputi pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, dan pengetahuan, serta faktor biologis yang meliputi usia dan jarak
kehamilan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini
yaitu ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas Cakru sebanyak 67 responden
dan sampel penelitian sebanyak 49 responden. Data dikumpulkan dengan teknik
wawancara dan menggunakan instrumen kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat konsumsi
energi dan lemak berada pada tingkat defisit berat dengan rata-rata 1526,439 kkal
untuk energi serta 55, 763 gram dalam tingkat konsumsi lemak, sedangkan
tingkat konsumsi protein dan karbohidrat berada pada tingkat defisit sedang
dengan rata-rata 252,738 gram untuk tingkat konsumsi karbohidrat dan 50, 698
gram untuk rata-rata tingkat konsumsi protein. Rata-rata usia responden pada
penelitian ini adalah 24 tahun. Sebagian besar usia ibu hamil KEK berada pada
tingkat tidak berisiko hal ini dikarenakan meskipun faktor usia ibu rentan
mengalami KEK pada usia kurang dari 20 tahun jika tingkat konsumsi mengalami
defisit maka ibu hamil akan tetap mengalami KEK. Sebagian besar jarak kelahiran
ibu hamil KEK berada pada tingkat tidak berisiko. Sebagian besar pendapatan
keluarga ibu hamil KEK berada di tingkat kurang dari UMK Jember yaitu sebesar
Rp. 1.763.000 sehingga mempengaruhi tingkat daya beli makanan selama masa
kehamilan kurang terpenuhi dalam kebutuhan tingkat konsumsi yang
mengakibatkan KEK. Sebagian besar aktivitas fisik pada ibu hamil KEK berada
pada tingkat ringan, apabila tingkat konsumsi pada masa kehamilan mengalami
defisit akan tetap berpengaruh pada kejadian KEK. Sebagian besar pendidikan
ibu hamil KEK berada pada tingkat pendidikan dasar yang secara tidak langsung
mempengaruhi kurangnya informasi kesehatan yang didapat tentang KEK.
Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu hamil KEK berada pada tingkat
pengetahuan yang rendah hal ini dikarenakan mayoritas responden memiliki
tingkat jenjang SD dan SMP yang berpengaruh pada penerimaan informasi
sehingga pengetahuan akan terbatas.
Saran yang diberikan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dapat
meningkatkan kerja sama dengan pendukung program (mitra sponsor, dinas
terkait yaitu seperti dinas BKKBN, BPJS dan rumah sakit) dalam pelaksanaan
program menurunkan angka kejadian KEK. Bagi petugas kesehatan Puskesmas
Cakru, perlu adanya pendampingan dan perhatian terhadap ibu hamil KEK dan
berisiko tinggi bertujuan agar ibu hamil dapat meningkatkan status gizi melalui
pendampingan konseling, pemberian informasi kesehatan, pemberian makanan
tambahan (PMT) bagi ibu hamil KEK.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]