Proses Berpikir Siswa Mld (Mathematics Learning Disability) Dalam Menyelesaikan Masalah Aritmatika
Abstract
Ketidakmampuan siswa dalam belajar matematika menjadi perhatian khusus,
karena kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut akan menghambat proses
belajarnya. Adapun istilah yang digunakan bagi siswa yang mengalami
ketidakmampuan belajar matematika pada penelitian ini disebut “Mathematics
Learning Disability (MLD)”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui proses berpikir siswa MLD dalam menyelesaikan permasalahan
matematika khususnya pada pokok bahasan aritmatika. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan berupa lembar soal
aritmatika dan pedoman wawancara. Data yang dianalisis ialah data yang
diperoleh dari lembar jawaban dan transkip wawancara, selanjutnya dari data
tersebut dianalisis berdasarkan proses berpikir yang berkaitan dengan
disequilibrium, asimilasi, akomodasi, dan equilibrium.
Subjek penelitian ini sebanyak dua siswa MLD, adapun pengambilan subjek
tersebut melalui serangkaian tes identifikasi siswa MLD yang dilakukan pada 85
siswa yang terdiri atas 34 siswa perempuan dan 51 siswa laki-laki. Identifikasi
siswa MLD dilakukan dengan memberikan tes aritmatika dan tes memori kerja.
Tes aritmatika terdiri atas 3 subtes, yaitu; computation skill, mathematics fluency,
dan quantitative reasoning. Tes memori kerja terdiri atas 2 subtes, yaitu;
processing speed dan memory span. Siswa yang memilki nilai di bawah rata-rata
pada minimal 3 subtes teridentifikasi sebagai siswa MLD. Dari 85 siswa, 5 siswa
perempuan dan 23 siswa laki-laki teridentifikasi sebagai siswa MLD. Selanjutnya,
masing-masing dikelompokkan dalam tiga kelas (tinggi, sedang, rendah)
berdasarkan standar deviasi. Siswa yang berada di kelompok kelas rendah
kemudian dipilih salah satu yang memilki kemampuan komunikasi yang baik,
sehingga diperoleh dua subjek siswa MLD.
Pengambilan data pada penelitian ini diperoleh dari hasil pekerjaan siswa dan
transkip wawancara. Kedua subjek diberikan tiga soal permasalahan aritmatika
yang dalam proses menyelesaikan didampingi oleh peneliti. Selanjutnya hasil data
yang telah terkumpul dianalisis terkait proses berpikir, adapun proses yang terkait
terdiri atas disequilibrium, asimilasi, akomodasi, dan equilibrium yang terjadi
selama siswa menyelesaikan permasalahan tersebut.
Hasil analisis menunjukkan siswa MLD dalam menyelesaikan permasalahan
aritmatika masih dalam keadaan disequilibrium pada saat memahami masalah
pertama kali. Siswa tidak dapat secara langsung menentukan apa yang diketahui
dan ditanyakan pada soal. Sehingga perlu adanya proses akomodasi, yaitu dengan
membaca soal berulang kali dan dibantu oleh peneliti dalam memahami makna
setiap kalimat. Keadaan disequilibrium juga terjadi saat siswa menyusun rencana
penyelesaian karena siswa tidak dapat menentukan strategi apa yang harus
digunakan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan, sehingga perlu
adanya bantuan dan arahan dari orang lain. Proses asimilasi terjadi pada saat siswa
melihat kembali hasil penyelesaian yang telah dikerjakan, sedangkan keadaan
equilibrium terjadi ketika siswa mampu menerapkan strategi yang telah dijelaskan
atau dicontohkan sebelumnya.