Perbandingan Model Hujan-Aliran Menggunakan Nreca dan Tangki di Sub DAS Dinoyo Kabupaten Jember
Abstract
Keterbatasan data aliran merupakan kendala yang sering terjadi pada
analisa ketersediaan air. Besarnya ketersediaan air pada suatu DAS biasanya
ditentukan berdasarkan data debit pada suatu pos duga air secara series dan
panjang. Selama beberapa tahun Sub DAS Dinoyo mengalami curah hujan yang
tinggi hingga menyebabkan banjir bandang, juga rusaknya jembatan di beberapa
wilayah di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember. Sehingga dibutuhkan suatu
pemodelan hujan-aliran sebagai salah satu cara untuk alih ragam dari hujan ke
debit aliran dilapangan untuk mengetahui potensi sumberdaya air di Sub DAS
Dinoyo. Penelitian ini digunakan pemodelan hujan-aliran yaitu Model Nreca dan
Model Tangki untuk mensimulasikan hujan ke debit. Kedua model tersebut
dioptimasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk analisis. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui besar penyimpangan dan keandalan dari kedua
model yang optimal.
Analisis perhitungan hidrologi untuk kedua model ini diawali dengan
menghitung curah hujan rerata wilayah menggunakan metode Polygon Thiessen
dan menghitung evapotranspirasi menggunakan motode Penman Modifikasi.
Model Nreca strukturnya dibagi menjadi dua tampungan, yaitu tampungan
kelengasan (moisture storage) dan tampungan air tanah (groundwater storage).
Prinsip kerja Model Nreca adalah debit aliran yang masuk berasal dari hujan yang
turun di dalam daerah tangkapan air (DTA). Sebagian dari hujan tersebut
menguap sebagian lagi turun ketanah. Hujan turun ke permkaan tanah sebagian
masuk ke dalam tanah akan mengisi poir-pori tanah, sebagian mengalir di atas
permukaan tanah (Limpasan permukaan). Jika pori sudah mengalami kejenuhan,
air akan masuk ke dalam tampungan air tanah. Gerakan ini disebut perkolasi.
Tampungan air tanah diperoleh dari kelebihan kelangasan, sedangkan kelengasan
tanah itu sendiri dipengaruhi oleh curah hujan dan evapotranspirasi potensia yang
terjadi. Tampungan air tanah sedikit demi sedikit mengalir keluar sebagai mata air
menuju alur sungai dan disebut dengan aliran dasar. Aliran air tanah ini
merupakan tampungan air tanah akhir yang kumulatif dari tampungan air tanah
dan tampungan tanah awal. Sisa dari curah hujan diatas permukaan bersama aliran
dasar begerak masuk menuju alur sungai. Aliran total yang ada kemudian
dikalikan dengan Luas DAS, hasil dari perkalian keduannya merupakan keluaran
dari model Nreca yang berupa debit aliran sungai sesuai dengan periode yang
direncanakan.
Model Tangki strukturnya Prinsip kerja Model Tangki adalah hujan jatuh
ke permukaan tanah hingga tanah jenuh yang menyebabkan terjadinya suatu
aliran. Air yang masuk yaitu pada tangki A keluar melalui lubang a1 disebut
dengan aliran permukaan (surfaceflow) serta lubang a2 disebut dengan aliran subpermukaan (sub-surfaceflow) dan meresap melalui a0 dan masuk dalam tangki B.
Air pada tangki B sebagian akan keluar melewati lubang b1 yang disebut aliran
antara (intermediate flow) dan meresap ke tangki C. Sebagian air akan keluar
melalui lubang c1 yang disebut aliran sub-dasar (sub-base flow). Air yang
meresap ke tangki D akan keluar melalui lubang d1 yang disebut aliran dasar
(base flow). Debit total adalah air yang terkumpul dari berbagai sumber tersebut
dan membentuk suatu aliran sungai.
Selanjutnya kedua model ini dianalisis dengan masing-masing masukan
parameter hingga mendapatkan hasil yang optimal. Kemudian hasil yang
didapatkan dianalisis kalibrasi dan validasinya menggunakan RMSE (Root Mean
Square Error) dan ME (Mean Error) dengan syarat mendekati satu (1) serta NSE
(Nash Stuch-liffe) dan R² (Koefisien Determinasi) dengan syarat mendekati nol
(0). Hasil dari perhitungan Model Nreca didapat rata-rata kalibrasi model selama
empat tahun (2010 – 2013) dengan RMSE sebesar 8,391, ME sebesar 4,506, NSE
sebesar 0,579 dan R² sebesar 0,802. Rata-rata validasi model selama empat tahun
yakni (2014 – 2017) dengan RMSE sebesar 10,828 ME sebesar 5,873, NSE
sebesar 0,425 dan R² sebesar 0,735. Sedangkan hasil dari perhitungan Model
Tangki didapat rata-rata kalibrasi model selama empat tahun (2010 – 2013)
dengan RMSE sebesar 5,59, ME sebesar 0,87, NSE sebesar 0,767 dan R² sebesar
0,825. Rata-rata validasi model selama empat tahun yakni (2015 – 2017) dengan
RMSE sebesar 6,01, ME sebesar 1,467, NSE sebesar 0,696 dan R² sebesar 0,770.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulakan bahwa Model Tangki
lebih andal dibandingkan dengan Model Nreca dalam menduga debit di Sub DAS
Dinoyo, Kabupaten Jember.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]