Hubungan Faktor Keluarga dan Rumah Tangga dengan Kejadian Stunting pada Balita di Tiga Desa Wilayah Kerja Puskesmas Sumberbaru Jember
Abstract
Stunting ialah kondisi panjang atau tinggi badan anak menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (World Health OrganizationMulticentre Growth Reference Study) nilai z-scorenya kurang dari -2SD. Stunting
pada anak dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) di Indonesia dimasa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
hubungan faktor keluarga dan rumah tangga dengan kejadian stunting (khusunya
faktor jenis kelamin balita, usia balita, pendidikan ayah, pendidikan ibu, status
pekerjaan ibu, jumlah anak, jarak kelahiran, pendapatan keluarga, dan tinggi badan
ibu) serta mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada balita di tiga desa
wilayah kerja Puskesmas Sumberbaru Jember.
Penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross
sectional dilakukan di Poli Gizi Puskesmas Sumberbaru Jember untuk
mendapatkan data hasil operasi timbang Puskesmas Sumberbaru tahun 2018 dan di
rumah masing-masing responden untuk pengambilan data pada bulan November
hingga Desember 2018. Populasi penelitian ini ialah balita yang berada di tiga desa
wilayah kerja Puskesmas Sumberbaru Jember dan tercatat dalam operasi timbang
bulan Februari tahun 2018 yaitu sebanyak 2.249 balita. Besar sampel dihitung
mengunakan Rumus Lemeshow yaitu sebanyak 130 responden dengan rincian 65
stunting dan 65 non stunting yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik
pengambilan sampel mengunakan teknik non probability sampling dengan metode
teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
terpimpin dengan ibu subyek penelitian dan mengukuran tinggi badan balita dan
ibu dengan menggunakan midline. Analisis data bivariat menggunakan chi square
test dan analisis data multivariat menggunakan metode regresi logistik berganda
(binary logistic regression) dengan interval kepercayaan (IK) 95% (p<0,05).
Hasil analisis bivariat penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin balita (p=0,013; OR=0,409) yaitu laki-laki, jumlah
anak (p=0,033; OR=2,570) yaitu >2, pendapatan keluarga (p=0,023; OR=2,429)
yaitu pendapatan keluarga dibawah UMK Jember, dan tinggi badan ibu (p=0,002;
OR=3,667) yaitu <147 cm. Fakto lainnya seperti usia balita (p=0,247; OR=1,567),
pendidikan ayah (p=0,128; OR=2,226), pendidikan ibu (p=0,784; OR=0,860),
status pekerjaan ibu (p=0,833; OR=1,093), dan jarak kelahiran (p=0,463;
OR=1,310) menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hasil analisis
multivariat menunjukkan faktor keluarga dan rumah tangga yang terbukti
mempengaruh kejadian stunting yaitu tinggi badan ibu <147cm (p=0,007;
OR=3,345), pendapatan keluarga di bawah UMK Jember (p=0,045; OR=2,344),
dan jenis kelamin balita laki-laki (p=0,044; OR=0,456).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan kejadian stunting pada balita
di tiga desa wilayah kerja Puskesmas Sumberbaru Jember dipengaruhi secara
langsung oleh tinggi badan ibu <147cm, pendapatan keluarga di bawah UMK
Jember, dan jenis kelamin balita laki-laki. Sedangkan faktor yang mempengaruhi
secara tidak langsung yaitu jumlah anak >2. Faktor-faktor yang tidak
mempengaruhi yaitu usia balita, pendidikan ayah, pendidikan ibu, status pekerjaan
ibu, dan jarak kelahiran. Tinggi badan ibu <147cm merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kejadian stunting dengan risiko sebesar 3,345 kali. Pendapatan
keluarga di bawah UMK Jember berisiko 2,344 kali memiliki anak stunting.
Sedangkan jenis kelamin balita laki-laki merupakan faktor pendukung dengan
risiko sebesar 0,456 kali.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]